Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa tafakhur adalah perbuatan membanggakan diri dihadapan orang lain. Dunia akan menjadi tempat yang indah bagi mereka yang menjadikannya tempat untuk sekedar menikmati. Namun, dunia dianggap keji bagi mereka yang memanfaatkannya sebagai sarana untuk memperoleh keridhaan Allah. Karena dunia dan segala keindahannya bisa mengganggu orang.
Terjemah al-Azhar ditulis oleh Hamka dikarenakan sebab keinginannya membantu semua orang, terlebih mubari (pendakwah), dalam mengutarakan isi Al-Quran. Kecuali, orang yang pengetahuan bahasa Arabnya relatif terbatas pun dapat dengan cepat mengenali makna puisi tersebut tanpa membuat salah penafsiran. Sebab tidak seluruh kata didalam Al-Qur'an mempunyai arti serupa. Misalnya kata "al-Kuffar" dalam ayat tersebut berarti "petani", namun pada ayat lain bisa juga berarti "kafir Quraisy" dan kata lain.
Tafsir Buya Hamka dalam Q.S al-Hadid Mazmur 20 Tafsir al-Azhar lebih menitikberatkan pemahaman dasar kehidupan duniawi dan hal-hal duniawi itu sendiri, namun seperti halnya tren saat ini, tujuan hidup hanyalah kesenangan duniawi. Tanpa mengkhawatirkan hal-hal sehari-hari. Menurut Buya Hamka, dalam puisi ini ia memaknai kehidupan sebagai berkah dan anugerah terbesarnya serta tempat kesuksesan masa depan di akhirat. Selain itu, ada beberapa hal yang hina di kehidupan alam semesta ini. Yaitu manusia- manusia yang menuruti kemauan serta hawa nafsu setan, serta orang-orang yang hanya mementingkan kesenangan duniawi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H