Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) IPB University yang tergabung dalam Kelompok Banjarnegara Kab07 mengadakan Penyuluhan Good Farming Practices (GFP) dan Pembuatan Silase serta Bokashi pada Selasa sore (26/7).
Silase merupakan hijauan makanan ternak (HMT) yang berkadar air tinggi dan diolah melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroba atau jasad renik, sedangkan pupuk bokashi merupakan pupuk organik cair yang dihasilkan dari fermentasi bahan organik. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan di Balai Desa Pegundungan, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Penyuluhan Good Farming Practices dan Pembuatan Silase serta Bokashi merupakan salah satu program kerja gabungan dari mahasiswa Fakultas Pertanian dan Fakultas Peternakan IPB University. Penyuluhan ini merupakan bagian dari program kerja manajemen peternakan dan perkandangan,
yang juga diimplementasikan dalam Sosialisasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Hewan Ternak sebagai program kerja gabungan antar mahasiswa Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University yang melaksanakan KKN-T pada lima desa di Kecamatan Pejawaran. Sosialisasi PMK se-Kecamatan Pejawaran dilaksanakan pada sehari sebelumnya, yaitu Senin (25/7).
M. Baihaqi, S.Pt., M.Sc.Agr. selaku dosen pembicara pada Penyuluhan Good Farming Practices (GFP) dan Pembuatan Silase serta Bokashi dari Fakultas Peternakan IPB University, menyampaikan penyuluhan terkait manajemen perkandangan yang ideal dan sehat, jenis-jenis domba, perbedaan domba dan kambing, serta manajemen budidaya domba dan kambing.
Manajemen perkandangan salah satunya membahas terkait bentuk pengelolaan perkandangan, meliputi fungsi kandang, tipe kandang, dan jenis kandang. Pengelolaan perkandangan yang ideal dan sehat akan mempengaruhi kesehatan dan hasil dari ternak itu sendiri. Kegiatan penyuluhan dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan silase dan bokashi. Silase dan bokashi ini dibuat dari limbah peternakan dan pertanian serta limbah rumah tangga.
Melihat lahan masyarakat Desa Pegundungan yang banyak ditumbuhi rumput, akan lebih baik jika rumput tersebut diolah menjadi silase. Proses fermentasi silase dilakukan dalam kondisi anaerob atau tanpa adanya oksigen, baik dengan penambahan pengawet ataupun tanpa penambahan pengawet.
Pemberian silase kepada ternak bertujuan mengatasi masalah kesulitan penyediaan hijauan makanan ternak (HMT) saat musim kemarau tiba. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat silase antara lain rumput yang sudah dicacah, pupuk cair EM4, air, serta yang bersifat opsional guna menambah kadar nutrisi pada silase.
Proses fermentasi ini membutuhkan waktu 2-3 minggu. Dedak yang biasa digunakan adalah dedak padi, tetapi dedak jagung juga bisa digunakan untuk pembuatan silase.
Banyaknya kubis dari lahan pertanian masyarakat Desa Pegundungan yang berserakan pascapanen, maka mengolah sampah kubis menjadi pupuk bokashi adalah salah satu solusi. Pembuatan pupuk bokashi melibatkan bantuan mikroorganisme pengurai, seperti mikroba dan jamur fermentasi.
Selain kubis dan tanaman pertanian lainnya, sampah organik dari dapur juga bisa digunakan untuk membuat bokashi. Pupuk bokashi ini membutuhkan 7-14 hari untuk berfermentasi.
Pada Sosialisasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Hewan Ternak se-Kecamatan Pejawaran, drh. Rumadi Anton Nugroho selaku dokter hewan yang bekerja di Dinas Perikanan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banjarnegara, menyampaikan terkait virus PMK, hewan yang dapat tertular PMK, serta cara penularan virus PMK terhadap hewan.
Penyakit infeksi virus yang bersifat akut dan sangat menular ini menyerang semua hewan berkuku belah/genap, seperti sapi, kambing, domba, kerbau, babi, serta hewan liar seperti gajah dan rusa.
Masa inkubasi virus adalah 1-14 hari. Virus ini dapat bertahan lama di lingkungan serta bertahan hidup di tulang, kelenjar, susu, dan produk susu. Virus juga awet dalam pendinginan serta akan terinaktivasi pada pH <6.0 dan pH 9.0 dan terinaktivasi oleh temperatur >50”C. Virus PMK mampu menyebar cepat dengan bantuan angin sampai ratusan kilometer sehingga disebut sebagai air bone disease.
“PMK bukan merupakan penyakit zoonosis yang tidak ditularkan ke manusia sehingga daging dan susu dari hewan yang terinfeksi PMK, aman dikonsumsi dengan memperhatikan pengolahan yang benar agar virus menjadi inaktif,” ucap drh. Rumadi Anton Nugroho.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H