Mohon tunggu...
I Ketut Sudarsana
I Ketut Sudarsana Mohon Tunggu... Dosen - Abdi Negara pada Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

I Ketut Sudarsana lahir di Desa Ulakan Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem Provinsi Bali. Jenjang pendidikan formal yang dilalui adalah SDN 4 Ulakan (1994), SMPN 1 Manggis (1997), dan SMKN 1 Sukawati (2000). Pendidikan Sarjana (S1) Pendidikan Agama Hindu di STAHN Denpasar (2004), dan Magister (S2) Pendidikan Agama Hindu di IHDN Denpasar (2009). Tahun 2014 menyelesaikan pendidikan Doktor (S3) di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Pengalaman kerja dimulai pada tanggal 1 Januari 2005 sampai sekarang sebagai dosen tetap Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar. Adapun alamat email iketutsudarsana@uhnsugriwa.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kisah Dua Brahmana

11 Mei 2020   16:33 Diperbarui: 28 Mei 2020   06:39 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disuatu hari dua Brahmana yang sangat taat, berjalan pulang ke ashram. Dalam perjalanan pulang tersebut mereka harus melewati sungai. Disaat meraka mulai menyeberang, arus sungai menjadi deras karena ada hujan di hulu. Karena tidak ada pegangan, kedua Brahmana terseret arus sungai. Keduanya berteriak minta tolong namun suasana sepanjang sungai sepi. Menyadari tidak ada orang lain mereka pun berdoa dengan suara keras memohon pertolongan Tuhan. 

"Tuhan, hamba ini adalah bhaktamu, ulurkan tanganmu untuk menolong hamba". Kedua Brahmana ini sangat yakin Tuhan akan menolong mereka. Setelah beberapa saat hanyut kayu besar, Sang Brahmana tua langsung memeluk kayu tersebut, namun Sang Brahmana muda tidak mau melakukan hal yang sama. Dia terus berteriak-teriak memohon Tuhan menyelamatkan nyawanya. Sampai akhirnya hanyut jauh dan tenggelam. Sang Brahmana tua selamat karena tetap mengambang memeluk kayu yang hanyut, namun tidak bagi Sang Brahmana muda, dia meninggal karena tenggelam.

Ketika berada di alam kematian terlintas dalam pikiran Sang Brahmana muda jika kematiannya itu sudah jalan dari Tuhan. Namun karena saudara tuanya masih hidup ketika bertemu dengan Tuhan, Sang Brahmana muda ini bertanya "Ya Tuhan hamba ini adalah bhakta taatmu, kenapa Engkau tidak menolong hamba saat hanyut disungai, padahal hamba juga sudah berteriak sangat keras". Tuhan pun menjawab "Hai bhaktaKu, dari mana engkau bisa menyimpulkan bahwa Aku tidak menolongmu?". 

"Bukankah Aku sudah mengirimkan kayu agar bisa engkau peluk untuk tetap mengambang dan akan membuatmu selamat. Lihatlah saudara tuamu, percaya bahwa setiap kesempatan itulah caraKu menolong" lanjut Tuhan sebelum menghilang. Seketika Sang Brahmana pun menyesali kebodohannya yang tidak menggunakan logika dan memahami maksud serta jalan yang Tuhan berikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun