Sesuai perintah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja yang mengubah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika telah melaksanakan digitalisasi penyiaran melalui penghentian siaran televisi analog atau analog switch off (ASO) pada 2 November 2022.
Dari 514 kabupaten dan kota di Indonesia yang melakukan  analog switch off (ASO) terdapat 222 wilayah yang telah bermigrasi ke TV digital  termasuk wilayah Jabodetabek dan 173 wilayah yang tidak dijangkau layanan TV terresterial (tidak menggunakan transmisi satelit, melainkan menggunakan pemancar/antena).
Sementara bagi masyarakat yang belum memiliki TV digital membutuhkan alat tambahan berupa set top box (STB) atau alat untuk mengkonversi sinyal digital menjadi gambar dan suara agar dapat ditampilkan di TV analog.
Alat tersebut disediakan oleh pemerintah maupun dapat diadakan secara mandiri.
Belum tuntasnya distribusi set top box (STB) ke seluruh masyarakat tentunya berdampak pada tidak tersedianya siaran TV pada TV analog. Sehingga ada masyarakat tidak bisa menyaksikan gelaran Piala Dunia 2022 dimana laga Piala Dunia 2022 di Qatar telah berlangsung sejak tanggal 20 Nopember 2022 hingga final pada tanggal 18 Desember 2022.
Sepak Bola Menjadi Hiburan Rakyat
Sejak pertama kali menonton Piala Dunia/World Cup Espana 1982 di televisi yang masih jarang orang miliki saya sudah bermimpi suatu saat sepak bola Indonesia bisa menjadi simbul kebanggaan nasional seperti apa yang telah diukir oleh negara yang secara geografi dan demografi mirip dengan Indonesia seperti negara-negara Amerika Tengah dan Amerika Selatan yakni Argentina, Brasil, Kolumbia, Uruguay, Meksiko, Chili, dll.
Walaupun belum lolos Piala Dunia 2022 setidaknya ada perasaan terobati jika melihat kemampuan tim Garuda Muda (Timnas Indonesia) U16 dan U20.
Tentu Indonesia harus berbenah total jika ingin menjadikan sepak bola menjadi kebanggaan nasional. Beruntung FIFA tidak memberikan sanksi atas peristiwa berdarah Kanjuruhan dengan tetap menjadikan Indonesia tuan rumah Piala Dunia, World Cup U20 tahun 2023 mendatang.
Jika insiden Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada 1 Oktober 2022 tidak diurai dan ditangani secara profesional maka mimpi lolos Piala Dunia 2026 dan untuk menjadikan sepak bola sebagai sebuah 'industri' yang dapat memberi kontribusi besar pada ekonomi bukan hanya sekedar kompetisi akan sulit terwujud.
Dalam gelaran Piala Dunia 2022 yang berlangsung di Qatar yang menjadi euforia ditengah krisis akibat pandemi COVID-19 dan dampak perang Rusia Ukraina, Italia sebagai salah satu penyelenggara liga terbaik dunia tidak lolos dalam kualifikasi (32 tim). Sementara Rusia absen, disanksi FIFA karena menginvasi Ukraina padahal 4 tahun lalu sebagai tuan rumah.
Kandidat yang diunggulkan menjuarai Piala Dunia 2022 yakni Brasil, Prancis, Portugal, Inggris dan Argentina. Kini dibabak final tinggal menyisakan Argentina. Sementara Prancis juara bertahan Piala Dunia 2018 untuk meraih tiket final harus menaklukkan Maroko yang tidak pernah diperhitungkan menyingkirkan Portugal di perempat final.
Maroko menjadi negara Afrika pertama yang mencapai semifinal Piala Dunia. Mereka melampaui capaian Kamerun (1990), Senegal (2002), dan Ghana (2010).
Itulah fenomena "bundar bola" walaupun secara statistik diunggulkan langkah Brasil, Portugal dan Inggris mencapai perempat final harus terhenti menjadi yang terbaik lolos ke babak berikutnya.
Sementara tim hebat lainnya seperti Spanyol, Jerman (perempat final) dan Belanda (perempat final) pun gagal lolos ke babak berikutnya. Mungkin akibat negaranya paling terdampak akibat terhentinya pasokan energi dari perang Rusia Ukraina.
Â
Dalam sejarah perhelatan Piala Dunia, Prancis sudah enam kali masuk babak semifinal yakni tahun 1958, 1982, 1986, 1998, 2018 dan 2022. Sebagai Juara pada tahun 1998 dan 2018.
Pada laga final Piala Dunia 2018, Perancis sukses menumbangkan Kroasia dan pada semi final Piala Dunia 2022 Kroasia telah ditaklukkan Argentina.
Sejak mengikuti Piala Dunia, Argentina sudah enam kali masuk semifinal yakni tahun 1930, 1978, 1986, 1990, 2014 dan 2022. Sebagai juara pada tahun 1978 dan 1986.
Pada laga Piala Dunia 2018, Argentina ditaklukkan Prancis di babak 16 besar.
Dengan melihat statistik diatas maka idealnya di babak final yang akan berlangsung tanggal 18 Desember 2022 nanti adalah duel antara Argentina lawan Prancis.
Jika skenario ini yang terjadi maka akan menjadi duel maut karena Prancis sebagai juara bertahan, sementara Argentina ingin membalas kekalahannya di 2018.
Yang menarik jika yang terjadi adalah Argentina harus berhadapan dengan Maroko di babak final. Secara psikologi akan mempengaruhi permainan tim Tango, Argentina. Bisa saja kakinya Lionel Messi tak lincah lagi menggocek si kulit bundar. Namun Messi tetap berpeluang menjadi pemain terbaik (playmaker) yang saat ini peringkatnya masih dibawah Diego Maradona dan Pele.
Dalam fenomena "bundar bola" telah terjadi Italia gagal lolos kualifikasi Piala Dunia.
Brasil dan Uruguay yang mewakili kekuatan sepak bola benua Amerika telah tersingkir. Spanyol, Jerman, Belanda, Portugal dan Inggris sebagai raksasa sepak bola Eropa tak mampu menunjukkan performa terbaiknya.
Muncul tim "underdog" Maroko yang main tanpa beban akan berupaya meraih supremasi tertingginya untuk menaklukkan juara bertahan Prancis di babak semi final tanggal 15 Desember 2022 pukul 02:00 wib.
Apakah bundar bola akan hadirkan kejutan baru?
Pertandingan demi pertandingan dalam babak yang telah berlangsung sejak 16 besar perlu menjadi inspirasi bagi para elit politik dalam membaca peta 2024 menyiapkan strategi untuk memenangkan kontestasi.
Karena bagaimanapun statistik itu probabilitas. Bahwa Argentina dan Prancis itu memang 2 (dua) dari 5 (lima) negara yang diunggulkan sebagai juara. Kroasia walaupun bukan yang diunggulkan namun punya catatan prestasi runner up Piala Dunia 2018 dan punya peluang merebut juara III di Piala Dunia 2022.
Sementara fenomena Maroko jarang terjadi hanya 1/32.
Artinya jika mengambil keputusan dengan mengabaikan statistik akan menjadi "blunder politik".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H