Walaupun realita yang saya hadapi beberapa rekan-rekan seperjuangan dalam pilpres mulai kehilangan kepercayaan atas upaya-upaya pemerintah tangani Covid-19. Bahkan opinipun berkembang saat itu hingga menyuarakan reshuffle.
Saya harus sekuat kemampuan saya meyakinkan rekan-rekan yang mulai goyah dukungannya disaat presiden menghadapi ketidakpastian ekonomi global ditengah pandemi Covid-19 untuk tidak gampang mendikte apalagi menyuarakan reshuffle.
"Janganlah membebani. Biarlah presiden nanti mengevaluasi sendiri kinerja pembantu-pembantunya karena kepemimpinan akan diuji saat hadapi bencana".
Bagi yang berpikir jernih mereka bisa pahami, namun tak sedikit juga yang menilai saya sebagai "penjilat" karena mereka menilai saya selalu bela kebijakan Jokowi.
Jika ukurannya puas tidak puas, tentu tidak mungkin keputusan presiden menyenangkan semua pihak. Ada yang kecewa, iya. Ada yang menikmati kekuasaan, ada. Itulah potret nyata yang terjadi dengan relawan.
Nah di sinilah dibutuhkan kebijaksanaan sehingga kita tak terges-gesa memberi penilaian negatif atas kinerja kabinet yang belum genap setahun.
Bahkan yang ekstrim ada penilaian bahwa Istana saat ini dikelilingi orang-orang yang tidak punya loyalitas kepada presiden. Mereka dinilai tak bisa menyelenggarakan visi dan program pemerintahan Jokowi-Maruf Amin.
Baiklah, mungkin penilaian kalian benar apapun motifnya entah obyektif atau subyektifit karena pada akhirnya presiden Jokowi sendiri telah memperlihatkan ketidakpuasannya atas kinerja pembantu-pembantunya.
Lalu, apa berikutnya?
Saya tegaskan pernyataan presiden bahwa janganlah hanya bertindak linier, hanya biasa-biasa saja, harus ada kesamaan perasaan, sense of crisis, harus ada langkah-langkah yang extra ordinary, negara harus hadir untuk ratusan juta rakyat agar sungguh-sungguh mengatasi bencana ini.
Memahami presiden memiliki hak konstitusional, hak politik pemerintahan, hak mengelola anggaran termasuk hak prerogatif untuk mengatur negara ini menjadi lebih baik sesuai taglinennya SDM Unggul, Indonesia Maju, saya berharap presiden untuk membuktikan komitmennya saat kampanye bahwa jika kembali diberi amanah rakyat untuk periode kedua, Bapak akan memberikan yang terbaik untuk bangsa karena sudah tidak ada beban politik, karena masa jabatan presiden dibatasi hanya 2 periode.
"Jadi, silahkan gunakan hak konstitusional Bapak Presiden untuk menjamin kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi lebih baik. Gunakan kemerdekaan Bapak Presiden untuk memilih orang-orang terbaik untuk menyangkal penilaian orang sebagai akomodatif, politik balas jasa."