"Sekarang jangan liat kamera ya. Pura-pura lagi ngobrol ketawa-ketawa gitu," arahan sang fotografer.
.
Baiklah, kami pun beraksi. Tidak sulit. Karena sudah 3 jam ngobrol penuh canda tawa. Kami semua benar-benar penuh suka cita.
.
Gak da yang salah dengan pura-pura candid.
Gak salah juga pura-pura ketawa.
Tapi kalau dilakukan 24 jam dalam kehidupan sehari-hari, betapa melelahkannya.
.
Tidak semua yang berpura-pura punya niat yang jahat.
Seorang suami pura-pura tangguh supaya isteri tidak ikut pusing.
Seorang ibu pura-pura kuat supaya anak tenang.
Seorang pemimpin pura-pura tenang supaya anak buah tidak panik.
.
Profesi dokter, psikolog, psikiater, guru, perawat berpura-pura positif agar yang dirawat tidak memburuk.
Mereka yang memiliki anggota keluarga kanker pura-pura baik-baik saja supaya tidak menambah kesedihan.
Single parent pura-pura cuek supaya anak mereka tidak bertambah sedih.
Dan masih banyak pura-pura lainnya yang dilakukan dengan itikad baik.
.
Pertanyaannya: sampai kapan kau kuat?
Datang dalam doa kepada Tuhan, jujur di hadapannya dan jujur pada dirimu sendiri.
Ijinkan kasih Tuhan menjamah hatimu.
Peluk, rawat, pulihkan dirimu.
Be gentle to yourself.
Ijinkan orang lain menjadi "malaikat" dengan menolong dirimu.
Be strong in your vulnerable self.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H