Belum sampai lima menit yang lalu, ibu muda ini berapi-api menceritakan kekuatirannya terhadap kondisi anaknya. Namun sekarang ia lebih memilih untuk memperhatikan telepon genggamnya, dan bukan memperhatikan anaknya yang sedang menjalani observasi psikologis.
Di sesi konsultasi lain, ayah asyik memelototi layar telepon genggamnya, tatkala sang ibu sedang mengharapkan solusi atas kondisi anaknya. Waktu saya lirik, rupanya membaca artikel dan media sosial. Bukan percakapan mendesak.
Kedua fenomena ini makin sering saya jumpai di ruang praktek setahun belakangan ini. "Sepenuhnya Hadir" atau Being Fully Present menjadi sesuatu yang semakin jarang ditemui.
Kita terbiasa melihat fenomena orang-orang duduk satu meja makan di restaurant, tetapi asyik dengan telepon masing-masing. Â Orang berjalan sambil terus memperhatikan layar telepon juga menjadi pemandangan yang lazim ditemui.
Apa sih bahayanya ?
1. Menjadi Sulit Fokus
Ketika Anda menjalani aktivitas keseharian sambil terus memperhatikan layar telepon genggam, otak Anda akan mengalami kesulitan untuk fokus. Bayangkan ini: Anda berjalan, cek Instagram, pindah ke baca WA, memperhatikan-memilih-menekan tombol lift, masuk lift baca FB, keluar cari arah, baca WA grup. Otak Anda telah dibuat berganti fokus ke berbagai hal dengan cepat.
Hal ini akan melelahkan otak, sehingga otak tidak lagi bisa fokus ketika diminta memusatkan perhatian pada tugas yang membutuhkan rentang atensi lebih panjang. Tanpa fokus yang memadai, daya ingat juga akan menurun. Kewaspadaan juga  menurun, sehingga kecerobohan atau kecelakaan mudah terjadi.
2. Ketrampilan Bersosialisasi Menurun.
Bila Anda berkomunikasi dengan orang lain sambil terus memperhatikan telepon genggam, Anda akan sulit memperhatikan lawan bicara Anda. Dalam komunikasi ada pesan yang tersampaikan melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah dan intonasi. Bahkan pesan tersirat ini kadang lebih penting untuk diperhatikan. Bila Anda mengabaikannya, salah paham, salah komunikasi dan kerenggangan hubungan menjadi sangat mudah terjadi.
3. Cenderung Ditiru oleh Anak-Anak
Pada dasarnya anak-anak cenderung lebih mudah kecanduan telepon genggam, karena pengendalian diri mereka masih belum matang. Apalagi bila ditambah adanya contoh yang kurang baik dari orang tua. Anak-anak yang kecanduan telepon genggam akan memiliki kecenderungan sulit konsentrasi, kehilangan semangat belajar, dan malas berinteraksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H