orang tua dalam membentuk karakter dan sikap anak.
"Orangtua adalah guru pertama, yang membentuk pikiran dan hati dengan cinta dan kebijaksanaan." Pernyataan tersebut jelas menggambarkan bagaimana pentingnyaRasa takut kehilangan kebersamaan dengan anak-anaknya, seiring dirasakan para orang tua, seiring dengan beranjaknya usia sang anak.
Saat ini, dengan bertambahnya usia, sang anak sudah memiliki dunianya sendiri. Sehingga begitu sulit untuk dilibatkan dengan kegiatan-kegiatan kita. Untuk diajak pertemuan keluarga, harus jauh-jauh hari kita infokan. Karena kalau pemberitahuan H-1, yang ada gerutuan kenapa kita tidak menginfokan sejak awal.
Mereka tidak sadar, kalau di mata orang tuanya, seorang anak tetaplah anak. Yang masih perlu bimbingan, masukan, teguran. Yang berubah hanya fisik mereka. Dari yang dulu ditimang-timang, sekarang bisa jadi tingginya lebih dari tinggi orang tuanya.
Di saat ingin berbagi cerita dengan sang anak, mereka lebih memilih untuk bertelponan ria dengan temannya. "Sebentar ya mam, lagi telponan sama Riska". Hhhmmmm, mundur teraturlah dari hadapan mereka, dengan membawa kesedihan yang mendalam.
Terkadang, ada juga yang walaupun telah selesai kuliah dan kost di luar rumah, masih tetap tidak ingin kembali ke rumah dan berkumpul bersama orang tua. Alih-alih pengen hidup mandiri, usut punya usut ternyata sang anak malas dengan berbagai pertanyaan atau omelan orang tua saat dia berada di rumah.
Adapula tipe anak yang membangkang, dan tidak pernah mau mendengarkan apa yang disampaikan orang tuanya.
Sebenarnya, bagaimana sih sebaiknya sikap kita sebagai orang tua, menghadapi tingkah laku anak-anak kita yang seperti itu?
Atur Emosi Anda Sendiri
Di saat anak menunjukkan sikap yang membuat kita gemes dan merasa kesal, coba atur emosi kita. Jangan sampai emosi kita nampak jelas di mata sang anak. Begitu rasa emosi akan datang, segera tarik napas dalam-dalam, dan segera menghindar dari hadapan sang anak.
Berempati Dengan Perasaan