Pokok utama hidangan Rijsttafel ini adalah nasi yang justru bukan bahan pokok bagi bangsa Eropa termaksud Belanda. Kebiasaan makan nasi dari generasi ke generasi pada akhirnya memaksa kehidupan budaya makan orang Belanda ditanah jajahanya sedikit berubah atau mendapat tempat tersendiri (khusus). Bertahun-tahun tinggal ditanah jajahan akhirnya membuat perubahan besar bagi kehidupan orang-orang Belanda. Kebutuhan orang-orang Belanda terhadap juru masak pribumi ini lah yang pada akhirnya mempengaruhi pola makan serta hidangan yang mereka konsumsi sehari-hari.
Rijstaffel sebagai sebuah konsep makan telah menajdi barang istimewa bagi orang-orang Eropa atau para pelancong lainya. Pariwisata di Hindia Belanda meningkat dengan sendirinya. Mooi Indie sebuah konsep pengembaraan alam dan masyarakat Hindia Belanda yang damai, tenang dan harmonis menjadi paket wisata yang ditawarkan oleh agen-agen wisata di Eropa untuk mengunjungi Hindia Belanda.
Infrastruktur untuk menunjang pariwisata dibangun, khususnya perhotelan. Di Bandung, Batavia, Buitenzorg, Garut, Jogjakarta, Tosari dan Lawang Jatim sudah dibangun hotel-hotel mewah yang dipersiapkan untuk para wisatawan Mooi Indie. Rijsttafel sebagai sebuah hidangan makan tidak dimiliki oleh setiap hotel. Hanya hotel-hotel mewah kelas satu saja yang siap menyediakan makanan Eropa, pribumi dan hidangan Rijsttafel. Bisnis perhotelan ini menjadi penting dalam mempromosikan makanan tradisional yang dikemas mengunakan konsep Rijsttafel (hal 59) kepada para turis.
Rijstaffel yang berisikan nasi, sayur dan lauk pauk pada dasarnya tetap menjadi hidangan pembuka, hidangan pembangkit selera makan. Hidangan Rijsttafel ini biasanya di sajikan pada siang hari dengan dilanjutkan makanan pokok orang-orang Eropa berupa biefstuk dan hutspot dan ditutup dengan penyajian buah buahan seperti nanas, pisang dll. Ada satu lagi tradisi makanan kolonial yang tidak bisa dilepaskan begitu saja yakni Bir dingin yang mereka anggap sebagai pelarut makanan nasi.
Dengan berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia, maka dengan sendirinya kemewahan makanan Rijsttafel juga ikut memudar. Jepang sebagai pengganti kekuasaan Belanda di Indonesia sangat tidak menaruh empati terhadap apa-apa yang berbau dengan Belanda termaksud Rijsttafel ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H