Permainan Lingkaran: Anak-anak berdiri dalam lingkaran dan saling melempar bola sambil menyebutkan nama teman yang akan menerima bola. Permainan ini membantu anak mengenali nama teman-temannya, meningkatkan keterampilan motorik, dan memperkuat kemampuan komunikasi.
Drama Kelompok: Anak-anak diberikan cerita sederhana dan peran yang berbeda untuk dimainkan. Mereka harus bekerja sama untuk mengembangkan alur cerita dan menampilkan drama. Aktivitas ini tidak hanya mengembangkan keterampilan berbicara dan mendengarkan, tetapi juga mengajarkan anak untuk memahami peran sosial yang berbeda.
Permainan Simulasi: Permainan seperti "dokter-dokteran" atau "toko-tokoan" memungkinkan anak untuk berlatih peran sosial dalam lingkungan yang terstruktur. Mereka belajar cara berinteraksi dengan orang lain dalam konteks yang familiar, yang dapat membantu mereka menerapkan keterampilan ini dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan
Permainan kooperatif adalah alat yang efektif untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak autis. Dengan berpartisipasi dalam aktivitas yang melibatkan kerja sama, komunikasi, dan pemecahan masalah, anak autis dapat mengembangkan keterampilan sosial yang penting untuk kehidupan sehari-hari.Â
Implementasi permainan kooperatif dalam rutinitas harian anak autis tidak hanya meningkatkan kemampuan interaksi sosial mereka tetapi juga memberikan kesempatan bagi mereka untuk merasakan kesenangan dan pencapaian dalam konteks yang mendukung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H