Ohya... sambil menyodorkan tangannya untuk berkenalan, nama saya Raffaell, saya tinggal di Kota Baru, katanya sembari senyum, meskipun terbaca dari matanya saja, entah bagaimana model lengkungan bibir maskulinnya di balik masker hitam itu, akupun tidak tahu. Ternyata dia ramah juga. " Kalau kamu? Aku Hanna dan aku juga tinggal di Kota Baru juga, jawabku . " Berarti kita sama dong. Kalau boleh tahu kamu semester berapa dan program studi apa? Aku semester III, program studi Kimia, jawabku sambil memeberi kode supaya segera dilepaskan tanganku dari genggamannya. Oh iya... maaf ade keasyikan ngobrol jadi...katanya dengan nada akrab. Aku mendehem, kemudian balik bertanya dengan pertanyaan yang serupa dengannya.
" Saya semester VI dan program studi Ekonomi Manajemen dek"Â oh begitu kak, balasku sambil tersenyum manggut-manggut.
Suasana kembali hening sejenak, kemudian dia memberanikan diri untuk meminta nomor WhatsAppku sambil menyodorkan handphennya. Akupun mulai mengetik beberapa angka cantik dilayar gawainnya kemudian save.
" Kalau boleh kakak bisa minta juga ko? Tawar si sopir genit dengan logat khas Timornya yang ternyata sedari tadi menyimak obrolan kami. Aku mencoba untuk tidak respon.
"Ade nanti kakak chat ya? Ok kak.
Jujur, sebagaimanapun perkenalan tanpa mengenal wajahnya dengan jelas tentu sangat penasaran. Tetapi dari cara bicaranya aku bisa menilai dia orang baik.
Tak terasa bus sudah membawa kami sampai di pertigaan, kami turun disitu, tampak ke kanan arah menuju Kostku. Kak Raffaell juga ikut turun karena ternyata kami juga searah tetapi beda gang saja. Sesampainya di indekos aku langsung membuka ponselku, sebuah pesan WhatsApp dari nomor baru dengan isi pesan "save ya nona manis, Raffaell" ditambah dengan emoticon love dibelakangnya. Aku mencoba melihat profil WhatsAppnya, lagi-lagi dia membuat aku penasaran. Di sana terpampang gambar burung Garuda Panca Sila, bukan fotonya. Kok malah lambang negara sih... aku berdengus kesal. Yah.. beginilah risikonya perkenalan ditengah wabah Corona virus disease, desahku sambil membayangkan pria bermasker hitam itu.
Aku memang jarang punya kuota internet, dua hari saya offline. Kebetulan ada pulsa nyasar di handphoneku, aku mencoba untuk mengaktifkan WhatsApp. Betapa kagetnya saya dengan notifikasi yang begitu banyak bertubi- bertubi muncul di WhatsAppku, anehnya pesan tersebut berasal dari nomor baru semua. Aku coba ladeni satu- satu, singkat cerita ternyata mereka mengambil nomorku dari group kelas pintar, kebanyakan berasal dari Sulawesi, Surabaya dan Denpasar. Diantara kelima puluh pesan masuk tersebut terselip notifikasi dari kak Faffaell dengan sepuluh panggilan video tak terjawab. Hifth...payah!!.
Penulis: Priska Dium
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H