PKK menjadikan tindakan kekerasan sebagai prinsip utama perjuangannya untuk melawan pemerintahan yang tidak simpatik terhadap eksistensi orang Kurdi.
Crisis Gorup di dalam situsnya menjelaskan bahwa PKK telah dinyatakan sebagai organisasi terorisme oleh Turki, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Hal ini tidak terlepas dari konflik bersenjata yang telah terjadi sejak tahun 1979 antara PKK dengan pasukan keamanan Turki.Â
Pada tahun 1980-an hingga tahun 1990-an konflik bersenjata terus terjadi hingga mengakibatkan total 40.000 orang tewas dengan sebagian besar korban adalah masyarakat Kurdi. calan pun ditangkap dan dipenjara oleh Pemerintah Turki di Nairobi pada tahun 1999 dan sempat divonis hukuman mati pada Agustus 2002, sebelum akhirnya hukumannya diubah menjadi penjara seumur hidup pada Oktober di tahun yang sama.
Upaya negoisasi perdamaian dengan gencatan senjata antara PKK dan Turki telah berlangsung sejak awal tahun 2009. Namun, negoisasi selalu menemui hambatan karena dipicu tindakan-tindakan kekerasan di antara masyarakat kedua belah pihak.Â
Kesepakatan gencatan senjata akhirnya berhasil tercapai pada Maret 2013 dengan ditandai oleh pembebasan terhadap delapan sandera Turki oleh PKK, sedangkan calan masih berada di tahanan Turki.
Gencata senjata di antara kedua belah pihak tidak berlangsung lama. Pada Juli 2015, pertempuran kembali terjadi setelah dua setangah tahun konflik antara Turki dan PKK sempat mereda. Kedua belah pihak saling melempar tuduhan tentang siapa yang memicu kembali konflik.Â
Turki menuduh PKK terlebih dahulu melakukan penyerangan dengan membunuh dua orang dari kepolisian Turki di Sanliurfa. Sedangkan PKK merasa Turki sebagai pihak yang memicu pertempuran kembali karena melakukan penyerangan hingga menewaskan 33 aktivis PKK di perbatasan Kota Suruc.Â
Namun, sejumlah pihak melihat konflik telah kembali terjadi di tahun 2014 saat Turki melakukan operasi udara besar sejak awal gencatan senjata di Kobane dengan target para militan PKK. Kemudian PKK merespon dengan membunuh tiga tentara Turki.
Konflik perang antara Turki dan PKK semenjak gencatan senjata berakhir di tahun 2015 telah memakan banyak korban jiwa. Catatan dari Crisis Group hingga September 2022 telah ada 6.264 orang tewas dengan rincian 4.044 militan PKK, 1.385 pasukan bersenjata Turki, 609 warga sipil dan 226 lainnya tidak diketahui.
Diprediksi konflik Turki dan PKK masih akan terus berlangsung setelah terjadinya peristiwa ledakan bom di Istanbul pada 13 November dan pemerintah Turki telah mengkonfirmasi bahwa pelaku merupakan militan PKK. Sampai artikel ini ditulis, kabar terbaru dari konflik ini adalah pemerintah Turki melakukan balas dendam dengan melakukan serangan udara terhadap pangkalan militan Kurdi di daerah Suriah bagian utara dan dan Irak bagian utara dengan menghancurkan 89 sasaran.