Setiap negara berupaya untuk mewujudkan keamanan dan kesejahteraan pada negaranya. Setiap negara baik yang besar maupun yang kecil tentunya berupaya memberikan yang terbaik untuk memberikan kesejahteraan dan keamanan untuk warga negaranya. Semuanya mengerahkan dana dan kekuatan besar untuk menjaga keamanan.
Namun ketahuilah ada hal yang paling mendasar dalam menggapai keamanan dalam hidup,dan kestabilan Negara. Hal ini terlebih untuk umat islam yang berlandaskan pada tuntunan agama bersumber dari Al-Qur'an maupun Al-Hadis.Â
Bahwa selain mempersiapkan tentara, alusista, pengamanan dan dana tentu yang paling mendasar adalah mempersiapkan keimanan pada semua lapisan. Iman ini yang membuat kuat dan pantang mengeluh dalam menjalankan kehidupan, konsep keimanan inilah yang nantinya menjadi kekuatan dalam diri. Selalu yakin dengan ketentuan dan pertolongan Allah yang maha kuasa.
Hanya keimanan itu tidak bisa datang begitu saja, yang mana akan diperoleh dengan belajar, baik dalam masjid atau belajar tauhid diluar masjid. Karena keimanan itu adalah simbol dari ilmu. Sehingga selain fisik yang dikuatkan ilmu juga dikuatkan untuk meningkatkan keimanan. Kemudian yang kedua yaitu tidak mencampuradukan antara keimanan dan kedzaliman maka ketika ini terwujud keamanan itu akan didapatkan. Sehingga dipelajari juga perkara-perkara yang termasuk kedalam kedzaliman.
Iman kepada Allah dan tidak mencampuradukan iman dengan kedzaliman adalah jalan yang Allah berikan untuk kita untuk mewujudkan keamanan dan petunjuk dari Allah. Sebagaimana Allah berfirman:
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Qs. Al-An'am [6]: 82).
Jika keimanan telah terwujud pada diri masyarakat, dengan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezhaliman, maka akan terwujudlah keamanan pada mereka.
Saya berikan sebuah contoh yang mendekatkan pemahaman walaupun jauh masanya. Pada masa permulaan umat yang penuh berkah ini, terdapat seorang penanggung jawab besar di dalamnya, ia tidur sendirian di dalam masjid, berjalan sendirian di pasar, tidaklah ia takut kecuali kepada Allah, dialah Umar bin Al-Khaththab yang menggelar tikar di dalam masjid dan tidur di atasnya, tidak ada seorang pun yang menjaganya, karena memang dia tidak membutuhkan orang yang menjaganya, tidak di pasar, tidak juga di rumahnya, dan tidak juga di masjid. Karena keimanan yang ikhlas tidak akan dicampuradukkan dengan kezhaliman, yakni tidak akan bercampur dengan kezhaliman yang ada pada waktu itu, sehingga masyarakatnya pun merasa aman.
Kemudian bergantilah masa Khalifah Ar-Rasyidin dan datanglah masa Bani Umayah. Pada masa Bani Umayah itu terdapat seseorang yang sangat ekstrim, yang menyimpang dari jalannya Khalifah Ar-Rasyidin. Maka terjadilah kegoncangan, dan tersebarlah fitnah, lalu orang-orang khawarij menunjukkan eksistensinya dan terjadilah kerusakan.
Kemudian datang lagi masa Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah, maka kembalilah keamanan, sehingga masyarakat dapat pulang dan pergi dalam keadaan aman. Akan tetapi, Allah Ta'ala dengan hikmah-Nya tidak memperpanjang masa kekhalifahannya, karena kekhalifahannya hanya berlangsung selama dua tahun beberapa bulan.
Menunjukan, bahwa keamanan yang sempurna tidak akan diperoleh hanya dengan banyaknya tentara, bukan pula dengan kekuatan senjata, tidak juga dengan kekuatan penjagaan dan pengawasan, tetapi keamanan itu akan terwujud ketika kedua itu disatukan antara persiapan dalam bentuk fisik atau jasad: tentara, senjata, penjagaan dan pengawasan dan penguatan keimanan dan tidak mencampurkan iman dengan berbuat dzalim terhadap satu dengan yang lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H