Mohon tunggu...
Ikbal Ropik
Ikbal Ropik Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pasca Sarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Karya buku: Meraih Kebahagiaan Hidup (2021), Menyelami Makna Syukur (2022), Sakit: Untaian Lara Penghapus Dosa (2023), Bekal Seorang Musafir (2024).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia dan Potensi Pendidikan

26 Mei 2024   16:20 Diperbarui: 9 Oktober 2024   09:48 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada diri manusia terdiri dari jasmani dan rohani, jiwa dan raga yang menjadi samudra perhatian diseluruh dunia. Memahami manusia sama dengan memahami kehidupan yang dijalani. Dalam studi psikologi ataupun pendidikan anak mulai dari lahir, tumbuh, berkembang, remaja, dewasa sampai manula diberi perhatian yang tidak akan pernah selesai dikaji dan didalami. 

Namun dimikian seringkali luasnya dimensi dan keunikan manusia ini tak sempat diberi perhatian oleh sebagian pendidik dan pemerhati praktisi pendidikan. Hari ini banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pada anak kecil memiliki potensi dari sejak lahir. Kemampuan untuk mengadaptasi dan mengasimilasi dari apa saja yang ada disekitar mereka. Variable kecerdasan tumbuh 50% di usia anak 2-4 tahun. Sehingga potensi ini harus difahami oleh orang tua dan pendidik.

Sehingga anak dapat diberi treatment atau bimbingan menuju perkembangan secara menyeluruh, berbagai perkembangan mulai dari fisik jasmani, emosi, agama, kognitif intelektual dan sosial harus diberi perhatian seimbang. Karena kegagalan dalam memperhatikan tumbuh dan berkembangnya anak akan berpengaruh bagi kegagalan menyiapkan generasi hybrid, generasi kuat, yang memiliki kepribadian kokoh, utuh dan matang. Keberhasilan memberi perhatian pada semua aspek perkembangan ini akan memberi dampak pada kesuksesan anak dikemudian hari, baik secara sosial maupun akademik.

Saat ini masalah yang seringkali muncul adalah anak dibiarkan, ditelantarkan, ditakuti dan akhirnya kurang dapat bimbingan perkembangan potensi yang demikian.

Pada keadaan ini peran utama dalam mendidik seorang anak adalah orang tua, untuk mengawal tumbuh kembang anak agar berkembang sesuai harapan. Menjadi anak yang cerdas, kuat, beriman dan berguna dalam kehidupannya kelak. 

Pada posisi manusia kita bisa memahami semenjak "Mauludin" dari semenjak mereka dilahirkan ke dunia. Manusia saat dilahirkan tidak dalam keadaan kosong, namun manusia saat dilahirkan kedunia memiliki potensi fitrah. Rasulullah bersabda "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, ayah dan ibunya yang menjadikan yahudi, nasrani atau majusi (Hr. Bukhari dan Muslim).

Fitrah disini dalam Fathul Baari: 339 "mengacu kepada agama yang benar yaitu agama tauhid." Yaitu agama islam. Sehingga seiring bertambahnya hari anak akan dipengaruhi oleh lingkungannya baik orang tuanya yang mengarahkan atau lingkungan sekitarnya. Potensi keimanan seorang anak terkhusus ini berkembang dan mengikuti lingkungan dan amaliyah kebiasaan manusia sesuai pergaulannya.

Anak ini ibarat Jauhar atau permata yang sangat indah ketika anak itu lahir permata ini belum diukir, dibentuk menjadi suatu rupa. Sehingga Allah mengamanatkan anak ini kepada orang tuanya mau dibentuk seperti apa sekarang dan untuk dikemudian harinya.

Bahkan Allah untuk memahami manusia ini dapat kita lihat dari penggunaan kata kum (kalian) dan ahli (keluarga) dalam Qs. At-Tahrim: 6. "Wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka....."

Apalagi pada zaman sekarang orang tua sangat berperan penting untuk tumbuh dan berkembangnya anak, sebelum anaknya dimasukkan ke sekolah atau pesantren maka anak ini akan melihat dunia luar terlebih dahulu yang jika tidak dibimbing dengan baik dikhawatirkan akan tergerus oleh arus yang ada. Karena pada dasarnya pendidikan anak yang paling utama adalah rumahnya terutama Ibu dan Bapaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun