Mohon tunggu...
Muhammad Ikbal
Muhammad Ikbal Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Temui saya di http://ikbaldelima.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semangat Kota Banda Aceh membangun Ruang Publik setelah Tsunami

30 September 2015   23:24 Diperbarui: 4 Oktober 2015   22:57 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Di mulai dari nol”, kalimat yang sering diucapkan oleh petugas pengisi bahan bakar ini mungkin cocok ditujukan pada sebagian besar warga kota Banda Aceh pada 26 desember 2004 yang lalu. Hari itu merupakan sebuah awal bagi banyak orang. Setelah hari itu, banyak orang yang mesti memulai hidup tanpa orang yang dikasihi dan banyak jiwa yang mesti membangun hidup dari awal lagi. Tak hanya manusianya, banyak bangunan dan fasilitas kota yang mesti dibenahi dan dibangun ulang, termasuk Ruang Publiknya.

Semangat Banda Aceh dalam menyediakan ruang publik patut dicontoh. Hal ini dapat dilihat dari upaya pemerintah kota dan provinsi dalam membangun kembali kota pasca gempa dan tsunami. Perhatian pemerintah tidak hanya terpaku pada pembangunan gedung pemerintahan dan pusat bisnis, melainkan juga memperhatikan perbaikan ruang publik yang sudah ada dan menambah ruang publik lainnya. Padahal, uang triliunan rupiah yang masuk pasca Tsunami bisa saja digunakan pemerintah provinsi dan kota untuk membabat lahan-lahan terbuka menjadi gedung-gedung tinggi yang lebih menghasilkan banyak uang. Semangat Kota Banda Aceh dalam membanguan ruang publik juga dapat dilihat dari keadaan kota dan warganya saat ini. Dengan luasnya yang hanya 61,36 KM2 (sekitar  ¼ luas kota Medan dan 1/6 luas kota surabaya) dan penduduknya yang tak lebih dari 300.000 jiwa, pembangunan ruang publik terasa seperti buang-buang tempat bagi pemerintahan yang bersifat pragmatis. Namun hal ini tidak berlaku bagi pmerintah kota Banda Aceh.

Pemerintah kota dan provinsi menyadari pentingnya perencanaan pembangunan kota Banda Aceh (termasuk rencana pembangunan ruang publik) harus dipertimbangkan dengan baik-baik. Semua pihak haruslah sadar bahwa saat ini kemajuan peradaban manusia juga diiringi dengan hilangnya lahan terbuka yang menjadi kebutuhan warga. Tanpa perencanaan dan pengadaan ruang publik di masa kini, dikhawatirkan generasi mendatang akan kehilangan ruang untuk sekedar santai melepas penat dari hiruk pikuk perkotaan. Melihat kenyataan ini, maka sudah menjadi keharusan jika pemerintah daerah di seluruh Indonesia mempersiapkan ruang publik mulai saat ini untuk menjaga lingkungan yang baik untuk generasi saat ini dan generasi mendatang.

Pasca Tsunami, pemerintah kota Banda Aceh dan Provinsi Aceh tidak hanya merencanakan kota untuk satu atau dua tahun kedepan, melainkan mempertimbangkan kebutuhan kota dan warga sampai puluhan tahun mendatang. Berkat perencanaan kota yang matang, saat ini warga kota Banda Aceh bisa merasakan ruang publik yang lebih baik.

Saat ini, di pusat kota Banda Aceh terdapat banyak ruang publik. Namun setidaknya ada empat ruang publik yang telah ada sebelum Tsunami dan terus berbenah hingga kini. Empat ruang publik ini pun menjadi saksi bisu dahsyatnya hantaman tsunami tahun 2004 silam.

Tidak jauh dari Mesjid Raya Baiturrahman, terdapat sebuah taman di puast kota yang telah ada sejak zaman Kerajaan Aceh. Saat tsunami, ruang publik yang diberi nama Taman Sari ini berubah menjadi pemberhentian terakhir dari ratusan mayat yang terbawa arus. Tempat ini pun hancur porak poranda tak berbekas. Ranting-ranting dan sampah pun bertebaran dimana-mana. Namun berkat usaha dan semangat berbagai pihak, taman sari telah berbenah dan terus berbenah hingga saat ini.

[caption caption="Keadaan Taman Sari sesudah dan sebelum Tsunami"][/caption]

Ruang publik lain yang terletak di pusat kota lainnya adalah Lapangan Blang Padang. Ruang publik yang terletak dekat dengan Museum Tsunami Aceh ini pun bernasib sama dengan taman sari saat tsunami. Hampir sebelas tahun setelah kejadian mengerikan itu, Blang padang telah berbenah dan menjadi tempat rekreasi dan pusat olahraga di Banda Aceh.

[caption caption="Lapangan Blang Padang dulu dan sekarang"]

[/caption]

Tidak jauh dari makam tentara Belanda Kerkoff, kita juga akan mandapati sebuah taman di pusat kota. Ruang publik yang bernama Taman Putroe Phang ini merupakan bekas peninggalan kerajaan sultan iskandar muda yang “berhasil selamat” dari amukan tsunami. Sekarang, taman yang memiliki nama yang sama dengan istri Sultan Iskandar Muda ini terus berbenah dan menampilkan wajah baru tanpa merusak situs-situs bersejarah di dalamnya.

[caption caption="Lapangan Poetroe Phang"]

[/caption]

Selain tiga taman di atas yang telah menjadi ikon bagi kota Banda Aceh, ada satu sungai yang tidak mungkin dilupakan warga kota Banda Aceh. Sungai yang bernama Krueng Aceh ini tidak bisa dilupakan bukan hanya karena manfaat dan jasanya bagi rakyat aceh sejak dulu, melainkan juga karena disanalah arus tsunami berakhir dengan membawa ribuan mayat. Saat ini, seolah berusaha untuk melupakan kejadian kelam tersebut, di pinggir Krueng Aceh telah dibangun beberapa taman cantik yang menjadi ruang publik bagi warga kota.

 [caption caption="Krueng Aceh saat tsunami dan sekarang"]

[/caption]

Lalu, setelah hampir sebelas tahun peristiwa tragis itu terjadi, bagaimanakah keadaan ruang-ruang publik itu sekarang? Apakah ruang publik tersebut telah mencerminkan ruang publik yang ideal? Mari jalan-jalan dan kita bahas satu persatu.

Sebuah ruang publik bisa dikatakan ideal apabila keberadaan ruang publik tersebut mampu menjadi identitas dari suatu kota. Empat taman yang telah disebutkan di atas telah menjadi identitas kota Banda Aceh tidak hanya karena telah menjadi ikon kota, melainkan juga karena ciri khas yang mampu menarik warga untuk berkunjung. Dari ke empat ruang publik tersebut, semuanya memiliki ciri khas tersendiri yang menjadi daya tarik warga. Lapangan Blang padang misalnya, ruang publik ini setidaknya memiliki dua ciri khas yakni Pesawat yang merupakan Replika dari pesawat pertama Republik Indonesia hasil hibah rakyat Aceh dan Tugu Aceh Thanks The World. Di sekeliling lapangan pun berjajar puluhan bahkan ratusan tugu ucapan terimakasih dalam berbagai bahasa negara yang pernah membantu aceh ketika Tsunami.

[caption caption="Ciri Khas Lapangan Blang Padang"]

[/caption]

[caption caption="Tugu Thanks The Worl di sepanjang Lapangan Blang Padang"]

[/caption]

Taman Sari juga tidak mau ketinggalan. Ruang publik yang satu ini memiliki sarana internet gratis bagi warga kota banda aceh, puluhan tempat bermain anak dan tugu proklamasi. Sedangkan untuk Taman Putroe Phang, ciri khasnya memang telah dikenal sejak dulu kala. Taman yang satu ini memiliki Pinto Khop yang dulunya menghubungkan Taman dengan istana kerajaan. Sedangkan bagi warga yang ingin menikmati suasana sungai nan hijau, Taman Krueng Aceh menawarkan kita semua akan pemandang sungai dan hijaunya daratan Aceh.

[caption caption="Daya Tarik Taman Sari selain permainan Anak-anak"]

[/caption]

 

[caption caption="Pinto Khop di Taman Putroe Phang"]

[/caption]

[caption caption="Taman dengan Ciri Khas Sungainya"]

[/caption]

Hal lain yang menjadi syarat idealnya ruang publik adalah Ketenangan. Ruang publik sudah semestinya mampu menciptakan suasana tenang sehingga pengunjung menjadi nyaman. Di berbagai daerah di Indonesia, banyak ruang publik yang bertempat di pinggir jalan besar karena ruang publik itu sudah ada sejak lama atau bahkan sengaja dibangun di pinggir jalan untuk menarik perhatian warga. Namun seringkali penempatan ruang publik dipinggir jalan membuat ketenangan menjadi hal yang mahal di banyak ruang publik daerah termasuk di Banda Aceh. Oleh karenanya, alangkah baiknya jika pembangunan ruang publik baru tidak terlalu dekat dengan jalan besar atau jalan raya. Atau jika sudah kepalang tanggung, mungkin bisa meniru Taman Putroe Phang yang membatasi bagian dalam taman dengan pohon yang rindang dan halaman yang cukup luas untuk membatasi privasi pengunjung dan mengurangi kebisingan jalan raya.

[caption caption="Rindangnya pohon dan luasnya halaman yang meredam kebisingan di Taman Poetroe Phang"]

[/caption]

Dari ke empat taman tersebut, hanya taman Putroe phang yang jauh dari kebisingan jalan raya

 

[caption caption="Jarak yang terlalu dekat dengan jalan pada Taman Sari dan taman Krueng Aceh "]

[/caption]

Syarat ideal lainnya dari ruang publik adalah ragamnya berbagai kegiatan yang mengisi ruang publik tersebut. Selain taman Krueng Aceh yang memang kurang luas areanya, Lapangan Blang Padang, Taman Sari dan Taman Putroe Phang selalu mengadakan berbagai acara yang berbeda dari waktu ke waktu. Ketiga taman tersebut seringkali menjadi tempat dalam berbagai pagelaran yang melibatkan berbagai komunitas di Kota Banda Aceh. Berbagai acara ini tidak hanya berfungsi untuk menampung berbagai kreatifitas warga dan sebagai hiburan, melainkan juga meningkatkan fungsi Taman sebagai tempat bersosialisasi warganya.

[caption caption="Bentuk Kreatifitas Komunitas Banda Aceh di Taman Sari dan Taman Putroe Phang"]
[/caption]

Agar mampu menjalankan fungsinya dengan optimal, mudah diakses merupakan syarat ideal lain yang mesti ada dari sebuah Ruang Publik. Jarak yang mesti ditempuh untuk menuju ruang publik diharapkan tidak terlalu jauh dari jalan agar memudahkan warga. Namun begitu, akses tidak selalu berbicara mengenai mudahnya ruang publik dicapai, melainkan bagaimana tampilan jalan masuk yang menarik. Dalam hal ini, tampilan akses masuk pada Taman Putroe Phang sangat menarik. Sedangkan ketiga taman lainnya memiliki akses masuk yang kurang menarik secara visual.

[caption caption="Akses masuk yang menarik secara visual"]

[/caption]

Salah satu bukti berjalannya fungsi ruang publik secara optimal adalah keragaman orang dan kegiatan pada ruang publik tersebut. Oleh karenanya, kemampuan ruang publik dalam memenuhi beragam kebutuhan ini juga merupakan syarat ideal dari sebuah ruang publik. Untuk memenuhi kebutuhan yang beragam ini, taman Sari, Putroe Phang, Krueng Aceh serta Lapangan blang padang telah menyediakan berbagai fasilitas permainan anak-anak. Karena patut diingat, bahwa orang dewasa akan selalu membawa anaknya jika bepergian, termasuk ke Ruang Publik. Selain itu, semua taman-taman tersebut juga memiliki panggung sederhana tempat para remaja menunjukkan kreativitasnya. Panggung-panggung kecil ini terdapat pada Taman Sari dan Taman Putroe Phang.

[caption caption="Tempat Bermain Anak-anak"]

[/caption]

[caption caption="Panggung kecil sebagai wadah kreativitas remaja"]

[/caption]

Selain berbagai hal di atas, kelengkapan sarana dan prasarana merupakan hal yang penting untuk mendukung terciptanya ruang publik yang ideal. Fasilitas-fasilitas yang penting ini antara lain kursi, tempat ibadah dan toilet. Pada empat ruang publik yang telah disebutkan di atas, fasilitas yang urgen dan penting ini tersedia dengan baik.

[caption caption="Fasilitas Toilet dan Mushalla di Taman Sari"]

[/caption]

[caption caption="Kursi bagi pengunjung di Taman Poetroe Phang dan Taman Sari"]

[/caption]

Namun begitu, dibeberapa tempat masih saja ada kekurangan seperti jauhnya lahan parkir sehingga pengunjung mesti memarkir kendaraannya di pinggir jalan seperti yang terdapat pada Taman Krueng Aceh wilayah Keudah.

[caption caption="Warga parkir sembarangan karena tempat parkir yang terlalu jauh"]

[/caption]

Akhir kata, berbagai gambaran yang ditemui dilapangan memang memberikan fakta bahwa empat taman yang telah menjadi ikon Kota Banda Aceh ini tidaklah sempurna. Satu taman selalu saja memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun begitu, upaya-upaya pemerintah kota Banda Aceh untuk menciptakan ruang publik memang perlu diapresiasi. Asal semangat tak redup, upaya untuk terus memperbaiki ruang publik di Kota ini pasti akan membuahkan hasil. Bahkan, penulis merasa kagum ketika mendapati di lapangan bahwa pembangunan empat ruang publik tersebut masih berlangsung hingga kini.

[caption caption="Pembangunan Yang masih berlanjut di Taman Krueng Aceh dan Lapangan Blang Padang"]

[/caption]

[caption caption="Pembenahan Panggung di taman Putroe Phang agar lebih menarik"]

[/caption]

Jaya terus Banda Aceh!!

 

Sumber gambar:

 (1) mltazam.com

 (2) aneukaceh.blogspot.com

 (3) www.fotografer.net

 (4) glory-travel.com

 (5) bandaacehtourism.com

 (6) iloveaceh.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun