Mohon tunggu...
ika wulansari
ika wulansari Mohon Tunggu... -

saat ini sedang mengambil program magister keperawatan maternitas di universitas Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Elektronic Clinical Decision Support Dalam Bidang Keperawatan Maternitas

27 Desember 2013   05:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:27 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 2010 diketahui bahwa sekitar 287.000 ibu diperkirakan meninggal diseluruh dunia, kenyataannya terjadi kematian bayi sebanyak 2,9 juta pada tahun 2011 pada empat minggu pertama setelah lahir, dan sebagian besar terjadi di negara berkembang  (Blank et al, 2013). Berdasarkan fakta diatas, maka salah satu juan dari Millenium Development Goals (MDGs) 2015 adalah penurunan angka kematian ibu, sehingga kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi menjadi perhatian internasional (Evjen-Olsen, Olsen, Kvåle. 2009). Tujuan pencapaian MDGs nomor 5 tahun 2015, mengharapkan terjadi pengurangan 75% dari Maternal Mortaliti Rate antara tahun 1990 sampai 2015  (Blank et al, 2013).

Ketersediaan petugas kesehatan yang terampil dan termotivasi melakukan pelayanan kesehatan merupakan hal penting untuk kemajuan dalam perawatan ibu. Sayangnya, penelitian telah menunjukkan bahwa bahkan  petugas kesehatan terlatih sering tidak melakukan tugasnya secara maksimal sesuai dengan kemampuan mereka. Dapat diamati bahwa petugas kesehatan tidak menerapkan kemampuan yang dimiliki dalam memberikan pelayanan kesehatan, khususnya  dalam perawatan ibu dalam hal ini petugas kesehatan perlu proaktif, mengamati tanda-tanda kegawatan dan mengambil tindakan yang tepat dan cepat dalam mengantisipasi keadaan yang terjadi (Blank et al, 2013).

Kinerja pekerja kesehatan yang tidak memadai merupakan masalah yang banyak terjadi di negara-negara berkembang. Kinerja yang buruk, seperti kurang mematuhi pedoman klinis, merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat di negara-negara ini, bukan hanya karena pelayanan kesehatan yang bermutu rendah dapat membahayakan kepada pasien, tetapi juga karena kualitas yang buruk akan mengurangi pemanfaatan pelayanan kesehatan (Mæstad, Torsvik. 2008). keputusan yang tertunda atau salah, mungkin menyebabkan hilangnya salah satu kehidupan ibu, kehidupan bayi, atau dapat menyebabkan cacat permanen sehingga menyebabkan konsekuensi jangka panjang untuk seluruh keluarga (Blank et al, 2013).

Institusi kesehatan telah menyatakan catatan medis elektronik merupakan teknologi penting untuk kesehatan dan alat perawatan yang diperlukan untuk meningkatkan keamanan pasien dan kualitas perawatan (Rotich et all. 2003). Salah satu sistem health care information technology (HIT) yaitu sistim pendukung keputusan klinis komputerisasi (CDSSs). Sistim ini dirancang untuk mendukung keputusan klinis (Grag et all. 2005). Sistem ini telah terbukti memberikan manfaat yang lebih baik kepada pasien dengan meningkatkan kualitas perawatan dalam hal ini pengambilan keputusan klinik sehingga angka kematian pada ibu dan bayi bisa di kurangi dengan pengambilan keputusan tidakan yang tepat.

Teknologi informasi kesehatan (HIT) saat ini menyediakan alat yang memfasilitasi penerapan pengetahuan pada perawatan yang dapat meningkatkan kinerja petugas dan perawatan pasien. Di negara maju metode seperti ini telah memberikan efek yang baik. Sementara itu, untuk negara miskin sudah mulai  mengeksplorasi dan menerapkan peluang sistim HIT dalam pelayanan kesehatan masyarakat (Blank et al, 2013).

Rashanov et all (2013) menyimpulkan bahwa banyak masalah yang dihadapi dalam praktek klinis dapat di bantu dengan program CDSSs yang di rekomendasikan untuk meningkatkan keputusan klinis. Program CDSSs bahkan dapat membantu pengambilan keputusan dalam situasi di mana ada tekanan waktu dan tidak ada kemungkinan untuk mencari nasihat dari rekan-rekan profesional lainnya (Blank et all. 2013). Pendapat tersebut didukung pula dengan pendapat oleh Mollon et al (2009) yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan klinis sistem komputerisasi dapat meningkatkan hasil pasien, dimana CDSSs akan mempengaruhi keputusan klinis yang dibuat oleh petugas kesehatan.

Proses penggunaan CDSSs adalah data pasien dimasukkan secara manual ke komputer seperti karakteristik pasien kemudian dicocokkan pada fitur yang telah di rancang pada komputer. Selanjutnya, perangkat lunak algoritma dari CDSSs menggunakan informasi pasien untuk menghasilkan informasi pasien yang spesifik dalam bentuk pilihan atau rekomendasi intervensi yang harus diberikan. Petugas kesehatan kesehatan kemudian memilih apakah akan menggunakan atau tidak rekomendasi yang dihasilkan oleh komputer (Haynes, Wilczynski. 2010).

Dari penelitian literatur yang dilakukan tentang keefektifan program CDSSs membuat petugas kesehatan menjadi lebih mudah untuk mendukung keputusan klinis. Sebagai contoh, secara otomatis memberikan dukungan keputusan menghilangkan kebutuhan untuk mencari nasihat, dan penggunaan sistem komputer meningkatkan konsistensi dan manfaat lain dari sistem pendukung keputusan klinis adalah meminimalkan padatnya pekerjaan dan kesalahan (Kawamoto, Houlihan,  Balas, Lobach. 2005). Desain dan pelaksanaan CDSSs yang kompleks dan melibatkan banyak variabel, termasuk fungsi, pengguna, pengaturan, dan hasil yang diinginkan. Beberapa bukti menunjukkan bahwa penggunaan klinis dari CDSSs bisa efektif dan akan meningkatkan perawatan pasien (Lyerla, LeRouge, Cooke, Turpin, Wilson. 2013).

Pengembangan penggunaan CDSSs dalam dunia kesehatan saat ini terus dilakukan, demikian pula dalam pelayanan kesehatan maternal. Penggunaan CDSSs dalam perawatan maternal meliputi beberapa aspek yang menggunakan pedoman dari WHO dalam pengambilan keputusannya disesuaikan dengan pedoman intervensi kesehatan di tempat penggunaan sistem CDSSs. Tahap-tahap dalam menggunakan program CDSSs adalah pertemuan dengan petugas kesehatan yang akan menggunakan program CDSSs, membuat data base pasien, menyusun algoritma pada komputer, pelatihan dan informasi dokumen. Proses penerapan CDSSs yang lain adalah mengatur program CDSSs dari segi bahasa yang  disesuaikan dengan tempat penggunaan program CDSSs sehingga tidak terjadi salah persepsi pada petugas kesehatan yang menggunakan program tersebut. Sebelum diterapkan pada pelayanan kesehatan masyarakat terlebih dahulu diadakan pelatihan untuk petugas kesehatan untuk menggunakan program CDSSs pada komputer (Blank et al, 2013).

Beberapa aspek perawatan maternal yang  menggunakan program CDSS yaitu  pedoman tindakan rutin ibu dan perawatan perinatal, integrasi data klinis untuk mendeteksi situasi yang menjadi perhatian penting pada algoritma berdasarkan pedoman WHO, Elektronik partograf untuk pengamatan kemajuan persalinan sampai 24 jam pasca persalinan.  Pendekatan pertama adalah menyediakan dukungan keputusan klinis melalui elektronik checklist, yang bertujuan untuk memastikan bahwa tersedianya informasi komprehensif yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan dan tersedianya semua tindakan yang diperlukan untuk perawatan ibu yang aman. Pendekatan ini di mencakup data menyeluruh seperti riwayat pasien, pemeriksaan, laboratorium dasar, tes fisik,  serta penyediaan konseling dan tindakan pencegahan. Hasil dari tindakan ini akan dimasukkan ke dalam sistem dan memungkinkan untuk meninjau semua data dari kunjungan sebelumnya ( Blank et al. 2013).

dukungan keputusan klinis secara elektronik checklist.

Pendekatan kedua didasarkan pada algoritma yang telah di program oleh sistem. Petugas akan memasukan data dan sistem akan menyarankan diagnosis atau mengingatkan petugas kesehatan tentang  situasi berbahaya yang memerlukan perhatian khusus selama kunjungan antenatal. Algoritma ini mempertimbangkan informasi seperti riwayat pemeriksaan medis dan hasil uji laboratorium. Ada berbagai pilihan untuk menampilkan hasil analisis dengan menggunakan algoritma yang berbeda. Dengan adanya alogaritma dari sistem, membuat petugas kesehatan mendapatkan panduan untuk melakukan intervensi kesehatan sesuai dengan permasalahan pasien

[caption id="attachment_301474" align="alignnone" width="300" caption="alogaritma dukungan keputusan berdasarkan integrasi data untuk mendeteksi situasi penting dengan pedoman dari WHO."]

138809828920861657
138809828920861657
[/caption] [caption id="attachment_301476" align="alignnone" width="300" caption="alogaritma dukungan keputusan berdasarkan integrasi data untuk mendeteksi situasi penting dengan pedoman dari WHO."]
1388098356678853861
1388098356678853861
[/caption]

Pendekatan ketiga adalah elektronik partograf untuk pengamatan kemajuan persalinan sampai 24 jam pasca persalinan. Sistem ini digunakan untuk mendukung keputusan dengan menyediakan suatu partograf elektronik, yang digunakan untuk pemantauan proses persalinan pada layar komputer dan menyediakan fitur untuk melihat rekomendasi yang detail. Gambar dibawah menunjukkan gambaran partograf elektrik, di mana petugas memasukkan data kemajuan persalinan di daerah kuning pada 4 jam setelah fase aktif persalinan telah dimulai. Saat 6 jam telah menyebrangi garis tindakan, akan ada konfirmasi merah yang menjelaskan, bahwa harus melakukan tindakan yang diperlukan. Akan ada sebuah grafik pendukung keputusan yang sama selama tahap postpartum sampai 24 jam pasca persalinan.

[caption id="attachment_301477" align="alignnone" width="300" caption="partograf elektronik untuk menggambarkan kemajuan persalinan dan rekomendasi tindakan yang diperlukan"]

13880983851930175559
13880983851930175559
[/caption] [caption id="attachment_301478" align="alignnone" width="300" caption="partograf elektronik untuk menggambarkan kemajuan persalinan dan rekomendasi tindakan yang diperlukan"]
13880984192000227672
13880984192000227672
[/caption]

Meskipun CDSSs dirasakan sangat banyak manfaatnya dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan untuk masyarakat, tetapi terdapat beberapa hal yang menjadi permasalah atau hambatan dalam pelaksanaan CDSSs di lapangan. Terdapat empat hambatan yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan CDSSs  diantanya, Organisasi atau pemerintah, misalnya, penggunaan sumber daya, akses ke komputer, dukungan organisasi atau pemerintah, yang kedua dari segi provider misalnya, keterampilan komputer, pengetahuan dan pelatihan, program dari CDSSs yang tidak mendeteksi seluruh permasalahan medis yang kompleks,  ketiga dari segi pasien, misalnya, karakteristik pasien dan interaksi selama konsultasi, dan yang keempat spesifikasi dari CDSSs, misalnya, Format presentasi dan kegunaan. Hambatan-hambatan tersebut menjadi permasalahan tersendiri pada penggunaan sistem CDSSs di lapangan (Moxey, et al. 2013).

Moxey et al (3013) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa beberapa hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan CDSSs di pelayanan bisa perbaiki. Contohnya dengan dukungan pemerintah yang tinggi seperti penyediaan komputer, reward yang cukup kepada petugas kesehatan yang menggunakan CDSSs. Selain itu harus adanya tenaga ahli di lapangan yang bisa membantu tenaga kesehatan ketika mengalami kesulitan dalam penggunaan program CDSSs, dan waktu training yang lebih lama untuk petugas kesehatan sehingga petugas kesehatan bisa lebih menguasai program CDSSs tersebut.

Kesimpulan

Program CDSS dapat membantu petugas kesehatan untuk mengambil keputusan secara cepat dan tepat sesuai dengan masalah yang dihadapi pasien. Program CDSS akan mengurangi komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien karena meminimalkan waktu untuk berkonsultasi dengan praktisi kesehatan yang lain.

Selain memiliki kelebihan CDSS juga memiliki beberapa kekurangan dalam penerapan program CDSS diantaranya adalah CDSS tidak mendeteksi semua masalah kesehatan yang kompleks sehingga petugas kesehatan bisa saja tidak mengikuti petunjuk yang diberikan oleh sistem, hal tersebut bisa menyebabkan petugas kesehatan memalsukan data dalam melakukan pendokumentasian, karena tidak semua intervensi yang diberitahukan melalui sistem dilakukan oleh petugas kesehatan. Faktor lain adalah dari segi biaya yang cukup tinggi untuk menerapkan CDSSa karena selain penyediaan komputer atau laptop dan sistem yang telah disesuaikan dengan pedoman WHO, sebelum menerapkan CDSSs petugas kesehatan yang akan bertugas untuk menggunakan program CDSS harus mendapatkan pelatihan khusus mengenai program tersebut. Faktor lain yang penting adalah, tidak adanya dokumentasi tertulis tentang pemeriksaan antenatal yang dipegang oleh pasien selama kunjungan, sementara itu bukti tertulis merupakan dokumen penting bagi ibu hamil.

Rekomendasi

Penggunaan CDSSs seharusnya bisa diterapkan di daerah-daerah yang memiliki keterbatasan jumlah petugas kesehatan terutama yang bisa mengambil keputusan klinis sehingga manajemen pelaksanaan tindakan kesehatan bisa dilakukan dengan sesegera mungkin. Untuk pelaksanaan CDSSs di Indonesia harus adanya dukungan dari pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana CDSSs yang akan mendukung kinerja petugas kesehatan di lahan. Menyediakan komputer atau laptop yang telah berisi program CDSSs yang sesuai dengan pedoman WHO dan mengadakan pelatihan kepada petugas kesehatan tentang program CDSSs yang akan digunakan.

Implikasi dalam dunia keperawatan

pengambilan keputusan klinis dalam palayanan keperawatan dan kesehatan selama ini selalu tergantung dengan kemampuan dari petugas kesehatan yang ada di lapangan terutama perawat yang selalu berhadapan dengan pasien pertama kali. Dalam pelaksanaan proses keperawatan perawat biasanya tidak mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan maksimal yang dimiliki sehingga menyebabkan lambatnya melakukan tindakan dan menyebabkan tingginya dampak dari penyakit yang dialami pasien. Program CDSSs ini bisa membantu perawat di lapangan dalam memberikan pelayanan uyang komprehensif selain itu juga adanya kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain akan semakin memberikan pelayanan yang maksimal kepada masayarakat. Dengan adanya program CDSSs dalam sistem pelayanan keperawatan dan kesehatan diharapkan dapat dilakukan tindakan keperawatan dan kesehatan yang tepat pada ibu hamil pada masa antenatal, intranatal dan postnatal akan bisa mengurangi angka kematian ibu dan bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Blank, A., Prytherch, H., Kaltschmidt, J., Krings, A., Sukums, F., Mensah, N., Haefeli, W. E., (2013). Quality of prenatal and maternal care: bridging the know-do gap” (QUALMAT study): an electronic clinical decision support system for rural Sub-Saharan Africa. Medical Informatics and Decision Making 2013, 13:44. http://www.biomedcentral.com/1472-6947/13/44.

Evjen-Olsen, B., Olsen, O. E., Kvåe, G. (2009). Achieving progress in maternal and neonatal health through integrated and comprehensive healthcare services – experiences from a programme in northern Tanzania. International Journal for Equity in Health 2009, 8:27. doi:10.1186/1475-9276-8-27.

Garg, A. X., Adhikari, N. K. J., McDonald, H.,  Rosas-Arellano, P.,  Devereaux,  P. J., Beyene, J............Haynes, R. B. (2003). Effects of Computerized Clinical Decision Support Systems on Practitioner Performance and Patient Outcomes A Systematic Review. American Medical Association. Vol 293, No. 10. http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?doi=10.1001/jama.293.10.1223

Haynes, R. B., Wilczynski, N. L. (2010). Effects of computerized clinical decision support systems on practitioner performance and patient outcomes: Methods of a decision-makerresearcher partnership systematic review. Biomedcentral Implementation Science 2010, 5:12. http://www.implementationscience.com/content/5/1/12

Kawamoto, K., Houlihan,  C. A., Balas, E. A., Lobach, D. F. (2005). Improving clinical practice using clinical decision support systems: a systematic review of trials to identify features critical to success. British Medical Journal. doi:10.1136/bmj.38398.500764.8F.

Lyerla, F., LeRouge, C., Cooke, D. A., Turpin, D., Wilson, L. (2013). Head-of-Bed Position for Patients Receiving Mechanical Ventilation A Nursing Clinical Decision Support System and Potential Predictors of. American Journal of Critical Care. Vol. 1. doi: 10.4037/ajcc2010836

Mæstad, O., Torsvik, G. (2008). Improving the quality of health care when health workers are in short supply. Michelsen inst. 12:1-29. http://www.cmi.no/publications/file/3194-improving-the-quality-of-health-care-when-health.pdf

Mollon, B., Chong, J. J. R., Holbrook, A. M., Sung, M., Thabane, L., Foster, G. (2009). Features predicting the success of computerized decision support for prescribing: a systematic review of randomized controlled trials. BMC Medical Informatics and Decision Making 2009, 9:11 doi:10.1186/1472-6947-9-11

Moxey, A., Robertson, J., Newby, D., Hains, I., Williamson, M., Pearson, S. A. (2013). Computerized clinical decision support for prescribing: provision does not guarantee uptake. J Am Med Inform Assoc 2010;17:25–33. doi:10.1197/jamia.M3170.

Roshanov, P. S., Fernandes, N., Wilczynski, J. M., Hemens, B. J., You, J. J., Handler, S. M.........Haynes, R. B. (2013). Features of effective computerised clinical decision support systems: meta-regression of 162 randomised trials.

Rotich, J. K., Hannan, T. J., Smith, F. E., Bii, J., Odero, W. W., Vu, N.......Tierney, W. M. (2003). Installing and Implementing a Computer-based Patient Record System in Sub-Saharan Africa: The Mosoriot Medical Record System. Journal of the American Medical Informatics Association, Vol 10. 4. DOI 10.1197/jamia.M1301.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun