Mohon tunggu...
Ika Widyawati
Ika Widyawati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Vaping: Solusi, Pelarian, atau Malah Petaka?

31 Maret 2017   07:10 Diperbarui: 1 April 2017   06:31 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Vaping… Solusi, Pelarian atau Malah Petaka?

Rokok elektrik adalah salah satu inovasi pengembangan teknologi dari bentuk rokok konvensional yaitu rokok dengan bahan tembakau menjadi rokok modern tanpa tembakau yang diklaim lebih aman. Rokok ini membakar cairan menggunakan baterai dan uapnya masuk ke paru-paru pemakai. Namun tidak membakar tembakau, seperti produk rokok konvensional. Rokok elektrik hadir sebagai suatu “trobosan” untuk membantu para pecandu rokok tembakau untuk meninggalkan bahaya yang ditimbulkan dari zat-zat beracun yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Karena berdasarkan data yang dilangsir dari laman http://www.change.org diperkirakan sekitar 67% laki-laki dan 5% perempuan adalah perokok aktif, dan setiap tahunnya lebih dari 20.000 orang Indonesia meninggal karena penyakit yang disebabkan oleh rokok tembakai. Wow, mengerikan kawan-kawan! Mungkin dari hal itulah rokok elektrik ini semakin diminati masyarakat.

Beberapa tahun terakhir, Rokok  Elektrik atau biasa disebut Vape ini semakin popular. Semakin banyak orang yang beralih dan memakai rokok elektrik ini. Selain karena rokok kekinian ini muncul dengan disign yang lebih modern, rokok ini juga memiliki varian rasa yang beragam mulai dari rasa creamy sampai fruity yang dapat ditentukan sesuai keinginan dan selera pemakai.

Selain beberapa hal di atas, rokok elektrik juga dianggap sebagai alat penolong pecandu rokok agar berhenti merokok  dan menjadi alat alternatif  yang lebih aman dari produk tembakau biasa. Inilah yang menjadi alasan semakin nge-tren-nya rokok elektik ini di masyarakat.

Kini penggunanyapun terus meningkat, bukan hanya dikalangan dewasa saja remaja pun kini mulai mengikuti perilaku yang dikatakan “tren” ini. Jumlahnya pun terus bertambah dan banyak diantaranya berlatar belakang bukan perokok atau belum pernah merokok sebelumnya. Selain itu label “Aman” dikemasannyapun  Seolah memberi peluang dan menggiur para pemula (bukan perokok)  untuk melakukan Vaping tersebut.

 Dan yang lebih mengejutkan lagi baru-baru ini berdasarkan pengamatan penulis  beberapa anak-anak kecil (SD) sudah berani dengan gagahnya ngeVapingdi sepanjang jalan sepulang sekolahnya. Sangat disayangkan! Miris memang, Lantas ini salah siapa?  apakah Vape itu benar-benar aman untuk anak-anak? Bukankah Vape solusi bagi perokok aktif agar berhenti merokok? atau malah akan semakin membuka peluang bagi bangsa Indonesia untuk memproduksi perokok muda? apakah hal itu pantas?  yap, sungguh membingungkan!

Memang tidak dipungkiri jika adanya Vape dapat mengurangi perokok tembakau, karena dari laman yang dilangsir oleh http://health.liputan6.com  sekitar 21% partisipan berhenti merokok tembakau , sedangkan 23% mengurangi rokok tembakau. Namun meskipun demikian, dari laman yang berbeda yaitu http://www.bbc.com  pengguna rokok elektrik dari kalangan remaja yang belum pernah merokok (bukan perokok) sebanyak 5%. Hal ini tentunya merupakan masalah baru karena malah menambah jumlah perokok muda.

Padahal berdasarkan pemaparan Tjandra Yoga Aditama, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan yang dilangsir dari http://www.cnnindonesia,com rokok elektrik masih belum terbukti secara ilmiah keamanannya secara mutlak. Selain itu Tjandra mengatakan, dalam penggunaan jangka panjang, rokok elektrik bisa menyebabkan bahaya bagi kesehatan, antara lain terjadinya adiksi (kecanduan). Akibatnya seseorang akan keracunan akut nikotin dan dapat juga menyebabkan kematian anak. Tidak hanya rokoknya saja, tapi juga uap asap yang dihasilkan terkadang dapat membuat sesak dan banyak lagi hal negative  yang dapat di timbulkan dari perilaku tersebut.

Dengan demikian, sudah jelas jika rokok konvensional (tembakau) ataupun rokok elektrik ini tidak bisa ditolerir oleh tubuh kita, sebaiknya jangan mencoba dan berhentilah membunuh diri secara perlahan.

Selanjutnya, dari beberapa kasus di atas, sebaiknya pemerintah bersikap tegas terhadap peredaran Rokok di sekitar remaja dan anak-anak. Karena memang hal tersebut belum cukup optimal dilaksanakan. Selain itu peran orang tua, sekolah dan masyarakat juga perlu di optimalkan lagi. Perlu pengawasan yang ketat khususnya bagi para orang tua yang masih awam dengan dunia elektronik dan nasehat-nasehat tentang dampak dari rokok juga diharapkan selalu diberikan untuk menambah pengetahuan para generasi muda kita agar tidak terjerumus pada hal-hal seperti di atas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun