Aku bertumpu
Pada kaki yang tak tau arah tertuju
Pada tubuh yang tercenung dalam tungkul
Pada tahta yang masih surut
Pada molekul nadi yang berdenyut
Pada hati yang rapuh tanpa menau
Saat pagi aku berbayang jalan Indah
Menyibak ilalang meninggi sentausa
Membagi gundah gulana padanya
Mengikhlaskan rasa suram pula
Ku ucapkan salam pada kenari
Yang jauh di sana melambung tinggi
Sembari mengaisi duri pada sesaknya hati
Ku lemparkan sejauh maya-maya peri di batanghari
Wahai angin, Â bawalah aku pada suatu keadaan
Yang menimbun kisah belantara ini
Buanglah jauh-jauh kegelisahan pada buruknya jiwa
Telah aku telan keadilan ini tanpa kawan pun lawan
Seharian pula ku mamah tanpa sesuap sisa derita
Selamat berjuang jiwa ragaku
Maafkan aku
Karena selama ini kau hanya kungunakan tuk mengoyak  jeruji busuk
Aku kan kembali lagi dengan tidakpun nestapa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H