Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ada Manfaatnya Gak Sih Nulis di Kompasiana?

25 Oktober 2023   19:17 Diperbarui: 31 Oktober 2023   16:49 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu tulisan foodie penyumbang saldo gopay|dokumen pribadi

Setelah dihitung memakai sempoa, rupanya sudah 9 tahun saya haha-hihi nulis di blog keroyokan ini.  Masih anak bawang sekali, kumincir bak kucing abegeh.

Gak kayak Mbak Ayu Agnes Lintang Momon Suromon (panjang bener namanya) yang baru daftar langsung moncer kinclong buricak-burinong, saya musti bernafas sampai ngak-ngik-nguk-ngek-ngok dulu untuk menghiasi foto profil saya dengan warna biru Persib.  

Lalu bagaimana saya mengenal Kompasiana?  Eh gak nanya ya, heuheu. Biarin ah, maksa mau cerokit.

Cerita awalnya nih ya, saat itu saya merasa hampa dan kosong bagai lagunya "Pure Saturday" karena punya blog pribadi kok suasananya sepi sekali ...krik ...krik ...krik ... hanya sawang eh sarang laba-laba lah yang setia menemani.  

Oleh karena itu demi meningkatkan penampakannya dengan heroik saya browsing kesana-kemari untuk mencari cara agar blog saya eta banyak yang mengunjungi.

Bukannya menemukan taktik, trik, dan tips jitu yang dapat diterapkan untuk blog pribadi eh saya malah menemukan tulisan mamas-mamas yang mengatakan bahwa daripada menulis di blog pribadi yang kadang bikin kheki mending nulis di blog keroyokan bertajuk Kompasiana aja.

Kata beliaunya itu, nulis di Kompasiana pasti ada yang baca, walaupun hanya satu orang thok.

Wih, saya girang dong, bagi saya satu orang sudah cukup, gak minta banyak-banyak.  "Banyak adus kali, nututi sabun wangi, wek wek wek." Laaah jadi nyanyi Jawi.

Lalu dengan tangan gemetar dan merinding disko, saya pun memberanikan diri untuk daftar dan mulai menulis. Tulisan saya ala kadar banget, asal ada di otak langsung nulis, gak memedulikan ejaan dan sebagainya.  Pokoknya nulis, titik gak pake koma.

Dan benar saja, gak cuma satu orang yang mengunjungi tapi belasan.  Maria Mercedes gembira banget, Bang Brader Yefta!  Wakakakakak.

Kompasianer yang pertama kali kerap menyapa saya adalah Mas Ryan Mintaraga, Tubagus Ganjar, Pak Axtea, dan Lumba-lumba.   Terima kasih ku yang tak terkira karena mau berkunjung ke artikel newbie yang masih acak-acakan.

Awal-awal saya menulis review film dan fiksi.  Ya, ide menulis fiksi ini dulu membuncah sekali, berjejalan di kepala seakan ingin semuanya keluar secara bersama-sama.   Dari sinilah saya mengenal Rumpies The Club asuhan Kak Fitri Manalu, Mbak Wahyu Sapta, Bang Uul, Mas Dede, Mbak Ay Mahening, Mbak Yani, dan Bu Siti Hasanah.

Beberapa cerpen saya secara tak disangka dapat nampang menjadi headline walaupun ejaannya masih awut-awutan dengan penentuan judul yang kureng.  Tak hanya cerpen, novel yang saya tulis pun salah satu bagiannya dijadikan headline oleh mimin K yang baik hati, tidak somse, dan rajin menabung itu.

Dari menulis fiksi di K dan bergabung dengan RTC, saya mendapatkan banyak hal yang tak terbayangkan sebelumnya.  Ya, salah satu cerpen saya yang berjudul "Di Sebuah Bangku Semen" dibuat film pendek oleh adek-adek dari SMAN 11 Bandung.  

Beberapa buku antologi yang ada nama saya di dalamnya sudah berjajar di rak buku. Tak hanya itu, salah satu cerpen saya yang lain dijadikan bahan skripsi salah seorang dedek mahasiswa nan unyuk-unyuk.  

Awal yang manis, menulis fiksi di K dan berakhir menjadi Top Author di salah satu situs menulis cerpen.  

Cerpen dengan views terbanyak dari semua cerpen saya selama ini. |dokumen pribadi.
Cerpen dengan views terbanyak dari semua cerpen saya selama ini. |dokumen pribadi.
Namun, bagi saya, semua ada masanya. Tak seperti Mbak Wahyu yang kata Kak Fitri Manalu "Selalu jatuh tjinta sehingga inspirasi selalu ada", saya bagai kerupuk yang kena angin tornado mendadak melempem dan terlempar ke lubang hitam nan kelam setelah menyelesaikan novel jilid dua yang berakhir menjadi cerbung, ahahaha.

Menulis fiksi tinggal kenangan, bagai kau dan aku wahai mantan!

Masih terbengong-bengong dengan angka 3000-an ini |dokumen pribadi
Masih terbengong-bengong dengan angka 3000-an ini |dokumen pribadi

Harapan berfiksi ria dengan kekuatan tulisan bagai milik Kak Fitri Manalu, Mbak Wahyu, Mbak Lilik, Mbak Ari, Ayah, Bang Zaldy, Mbak Fatmi, Mas Indra (RIP), Mbak Desol,  Mas Arif, Mas Handy, Bang Uul, Maurin, Pak Bams, Bang Pical, Om JW, Mbak Ika Ayra, Pak Rustian, Pak Ali Musri, Pak Kate, Mbak Widz, Mas Nug, dan Kang Away, usai sudah, tamat, the end.

Akhirnya lompatlah saya ke kancah perkulineran yang mana ada master-master kuliner yang telah malang-melintang di dunia persilatan sana seperti Kak Naz, Mbak Wahyu (Mbakku ini memang multitalenta), Mbak Yul yang selalu mengingatkan saya akan sebuah judul sinetron, dan Mbak Siska yang supel dan jago memasak.  Tapi apa daya, dunia kuliner saya sudah kruwelan di akun masak bareng mamak-mamak di portal sebelah.  Kendor juga akhirnya.

Salah satu tulisan foodie penyumbang saldo gopay|dokumen pribadi
Salah satu tulisan foodie penyumbang saldo gopay|dokumen pribadi

Lalu terkagum-kagumlah saya dengan para penulis olahraga nan cetar seperti Mas Hadi, Pak Hensa (Hidup Persib!), dan Bang El.  Mulai nulislah saya tentang olahraga tapi ujung-ujungnya hanya basket aja karena memang itulah olga yang saya kenal selama ini.  Tapi segitu juga melenceng jadi ke Lyfe dan fiksi sunda (nulis fiksi lagi, dikit aja.)

Babang Shaq sudah 9 ribuan aja|dokumen pribadi
Babang Shaq sudah 9 ribuan aja|dokumen pribadi
Pengen nulis artikel seperti Mas Bud dan Bang Irwan? Ngimpiii. Duo maut, Mas Bud dan Bang Irwan ini sangat produktif dan artikelnya mantap jiwa, master HL.

Artikel-artikel blio berdua selalu disisipi poin-poin penting, lha saya kerjaannya haha-hihi nulis artikel hiburan, mana ada poin penting yang inspiratif dan bermanfaat bagi kehidupan umat manusia apalagi perdamaian dunia alias world peaceeeeeee *gaya Sandra Bullock.

Lha iya, bahkan dulu saya pernah dikomentari salah satu kompasiner senior bahwa artikel saya tentang menghemat pemakaian listrik harusnya dimasukan ke kategori humor.  Sebegitu weka-weka hey-heynya kah saya?

Ingin juga bisa nulis kayak Acek Rudy. Wiih inimah ksatria banget kayak Brama Kumbara. Ahli dari segala ahli.  Ahli numerologi dan kamasut.  Untung saya gak ahli, kalau iya gaswat karena bisa-bisa setiap hari kerjaannya nyembah Dewa Zeus.  Eits, jangan ya nanti Kak Rhoma marah.

Gagal jadi kapster disalurkan lewat menulis, artikel dengan keterbacaan terbanyak sepanjang sejarah ber-K ria| dokumen pribadi
Gagal jadi kapster disalurkan lewat menulis, artikel dengan keterbacaan terbanyak sepanjang sejarah ber-K ria| dokumen pribadi
Nah, kalau nulis seperti Mas Aji, Mbak Dewi Puspasari, Momon Suromon, Mbak Sri Rohma, Mbak Yana, Mas Bayu, Mbak Nita, Mbak Hennie, Pak Ronny, Kang Anton, Om JM, Mas Sigit, Mbak Celestine, Pakde Jati (RIP), Dik Des, Mbak Tutut, Kaka Gui, Mas Widi (Wiih, dapet EV!), Bang Gege (ngilang nih!), Kang Efwe, Bang Gregorius, Mbak Martha, Mbak Isti, Bu Guru Yuli Anita, Teh Guru Tati Ajeng, dan Kak Fredi Suni itu sungguh syuliit karena blio-blio ini sangat hebat di bidangnya masing-masing.  Tabik!

Apalagi disuruh nulis rutin seperti Pak Tjip dan Bu Rose, angkat tangan lah saya.  Ku tak sanggup pokoknya.  

Dulu, pas awal-awal gabung, saya jarang blogwalking dan komen sana-sini.  Seperti kata Mas Susy, "Kayak baca koran" alias gak pernah komentar di artikel teman atau menjawab komentar.  Hal ini karena sikonnya gak memungkinkan.  

Biasa lah yaaa,  sibuk ngurus bocil plus berniaga, jadi anggota MLM, ngeronda, arisan, nonton film, drakor, nguras bak, nyetrika jalan, manjat tiang listrik, nangkring di genteng, dan kesibukan-kesibukan lainnya yang rada aneh tapi nyata, heyaaaa...

Selain itu fasilitasnya pun tak mendukung, hp, laptop, dan internet semua lemot bin lambreta.  Jadi habis nulis langsung ngilang.  Tring!  Tapi berkat nulis di K, saya akhirnya bisa mengupgrade sang hp dengan dana yang setengnya dari K.  Singsuuiitttt.

Oleh karena hal-mustahal tersebut, baru beberapa tahun belakangan ini lah saya kerap komen-komenan dengan para penghuni Kompasiana.

Dalam perjalanan tulis-menulis dan komen-mengkomen, saya pernah dipanggil Mas, Kang, dan Om.  Mungkin karena saya kerap menulis tentang musik rock bahkan metal, dua musik ini dominan didengarkan oleh para om-om dan mas-mas.  Etapi, dunia permetalan ini mengantarkan salah satu artikel saya menjadi webtografi jurnal mahasiswa ISI program studi S-1 musik.  

Nah, akan halnya komentator bola eh artikel yang kerap seru-seruan adalah Dapit Surapit sang master bully tipis-tipis, Pakde Sirpa yang ada di Kalipornia sana, Kaka Nugraha Washista yang selalu bisa nyambung-nyambungin komenan, Kaka Arnold yang hobi bertuing-tuing ria, Mbak Ayu Momon Sulintang yang selalu heboh, Kaka Jepe Kuadrat yang komedi abis, Mas Ron yang selalu muncul tapi kini tak lagi nampak, Mbah Ukik yang njawani bingits, Pak Guru Ozy yang lagi sibuk jadi juragan tanah, dan Kak Rad penggemar Bang Rhoma tapi termehek-mehek dengan lagu-lagunya Guns and Roses.

Tahun 2018, serasa gak percaya, saya masuk jajaran nominator Kompasiana Awards untuk "Best in Spesific Interest." Kaget banget dong plus dag-dig-dug duerrrr, apalagi foto saya bersebelahan dengan fotonya Pakdok Posma, Mas Nathan, Mas Hadi, dan Mas Giri. Untung aja foto saya gak tremor karena berdampingan dengan blio-blionya ini.  

Takut bingits diliatin Mas Giri |dokumen pribadi
Takut bingits diliatin Mas Giri |dokumen pribadi
Tak hanya menjadi media berekspresi dan berbagi, Kompasiana memberi banyak manfaat bagi saya.  Ya, saya jadi banyak belajar tentang dunia tulis-menulis, melatih kesabaran terutama ketika tidak memakai fasilitas premium.

Selain itu dapat bersua banyak teman dengan bergabung dalam berbagai komunitas salah satunya KPB yang super gemoy, menjajal kemampuan dalam lomba-lomba blog dan pernah menang lah ya sekali-dua kali mah, cie...cie..., mendapatkan berbagai merchandise khas K,  serta pernah diberi icip-icip saldo gopay di K-Rewards.

Manfaat datang tak hanya untuk penulisnya saja tapi juga untuk para pembaca di seantero jagat raya antariksa sampai langit ketujuh karena artikel-artikel di K itu ditulis dengan sepenuh hati oleh para kompasianer yang caem bin ketje badai.  Uhuks.

Akan halnya bagi Kompasiana yang berperan sebagai jembatan antara penulis dan pembaca pastinya mendapatkan banyak pemasukan dari iklan, heuheuy. Bagi dongs!

Mantap-surantap kan sodara-sodara setumpah darah merdeka!  

Jadi, terima kasih Kompasiana.  Selamat merayakan hari jadi yang ke-15.  Semoga tetap menjadi wadah yang ramah bagi para kompasianer semuaaaaa.  La la la la la la laaaaaaaaa *gaya Serj Tankian ketua paguyuban System of a Down.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun