Dibangun dari puing-puing Mother Love Bone dan Green River, Pearl Jam yang awalnya bernama Mookie Blaylock itu kini masih berdiri tegak bagai mercusuar yang membantu menavigasi para pencinta musik rock dalam mendapatkan sebuah penghiburan.
Sebelas album telah mereka rilis selama lebih dari 3 dekade dan album debutan mereka yang bertajuk "Ten" bulan Agustus ini genap berusia 32 tahun.
Saya tak terlalu cepat mengenal "Ten" karena pertemuan telinga saya dengan sound-sound menarik dari band asal Seattle ini ada di album kedua mereka yang bertajuk "Vs".
Beli kasetnya pun jauh dari tahun rilisnya. Ya, setelah 4 tahun berlalu, saya baru memiliki kaset album pertama dari band yang dimasukan AllMusic sebagai "The Most Popular American Rock & Roll Band of the '90s".
Istimewanya, "Ten" menjadi album yang terjual lebih banyak dari album-album lain dari band grunge asal kota hujan itu.
Walaupun "Smells Like Teen Spirit" milik Nirvana yang berada di album "Nevermind" dianggap sebagai cikal bakal merangseknya era grunge ke permukaan namun tak dapat dipungkiri bahwa "Ten" memiliki andil besar dalam ledakan komersial dari genre tersebut.
Album yang namanya diambil dari nomor punggung atlet NBA, Mookie Blaylock itu berdiri sama tinggi dengan album Nevermind-Nirvana dan Badmotofinger-Soundgarden dalam memetakan genre grunge di arena musik rock.
Berkumpulnya Jeff Ament, Stone Gossard, Mike McCready, Dave Krusen, dan Eddie Vedder walau baru satu tahun lamanya nyatanya mampu membantu mendefinisikan suara rock alternatif tahun 90-an.
Saya sendiri tak hanya menyukai konten musik yang ada dalam album itu namun semua hal yang mengiringinya termasuk cover kaset burgundinya yang fenomenal.