Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Pernah Mengalami Frisson Saat Mendengarkan Musik?

12 Januari 2023   12:33 Diperbarui: 31 Mei 2023   17:31 1661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : motionarray

Pernah merasa merinding ketika mendengarkan sebuah komposisi musik?

Rasa merinding yang biasanya menjalar si sekitar tengkuk, bahu, dan lengan serta membuat bulu kuduk berdiri ini dikenal dengan istilah Frisson.

Ya, frisson merupakan istilah Perancis yang berarti "aesthetic chills."  Rasanya seperti gelombang kenikmatan yang mengalir di seluruh kulit.  Frisson kerap disebut juga sebagai orgasme kulit.

Sebenarnya frisson ini tak hanya melanda ketika seseorang mendengarkan komposisi musik, namun dapat pula terjadi saat melihat lukisan, menonton film sedih atau melakukan kontak fisik dengan orang lain.  Namun, tak semua orang di dunia ini mengalami frisson saat mendengarkan musik.

Apa yang menyebabkan seseorang merasakan sensasi merinding ketika menikmati sebuah komposisi musik atau karya seni lainnya?

Musik yang mengundang efek frisson atau merinding/menggigil ini biasanya mencakup harmoni yang tak terduga, perubahan volume yang tiba-tiba, atau suara solois yang muncul di sela-sela gemuruh suara paduan suara.  Tiga hal tersebut merupakan pemicu frisson yang sangat umum karena di luar ekspektasi para pendengar.

Matthew Sachs, PhD dari University of Southern California merilis hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa tidak semua orang dapat merasakan frisson saat mendengarkan musik.  

Ya, dalam penelitian tersebut dihasilkan kesimpulan bahwa orang yang kerap mengalami frisson memiliki otak dengan volume serat yang menghubungkan korteks pendengaran ke area yang memproses emosi jauh lebih tinggi daripada yang tidak pernah merasakannya.

Semakin banyak serat dapat diartikan semakin efektif komunikasi antara kedua area otak tersebut.  Oleh karena itu, orang-orang yang mengalami frisson lebih mampu merasakan emosi yang lebih ekstrim.

Sachs juga merasa yakin pada potensi musik sebagai media terapi.  Ya, karena musik dapat digunakan untuk mengatur emosi sehingga ia berharap dapat digunaka  sebagai terapi pengidap manik depresif.

Frisson pun nyatanya dapat dijadikan sebuah rujukan akan kepribadian seseorang.  Sebuah studi yang laporannya dirilis pada tahun 2007 silam menyatakan bahwa individu yang mengalami frisson lebih terbuka dengan pengalaman baru. Selain itu, mereka memiliki tingkat kreativitas dan rasa ingin tahu yang tinggi, menghargai keindahan serta menyukai keragaman dalam hidup.

Beberapa waktu lalu, sebuah penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Psychology of Music menyebutkan bahwa seseorang yang secara intelektual membenamkan diri dalam musik memiliki lebih banyak sensasi frisson daripada orang yang membiarkan musik mengalir di permukaan.

Saya sendiri sering sekali merasakan sensasi frisson ini.  Beberapa komposisi musik dapat membuat saya sekonyong-konyong merinding dan salah satunya saat mendengarkan nomor "Stairway To Heaven"  milik Led Zeppelin yang dibawakan ulang oleh band rock Heart di acara "The Kennedy Center Honors" pada tahun 2012 silam.

Chills.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun