Walaupun sudah tak aktif lagi selepas kematian tragis vokalisnya, namun dapat dipastikan bahwa segala hal tentang Nirvana tak akan pernah pudar di hati para penggemar militannya.
Saya yang bukan penggemar garis kerasnya pun dengan senang hati menyembah album kedua setelah "Bleach" dan album pertama yang rilis di bawah label besar dari band asal Aberdeen, Seattle ini yang berjudul "Nevermind."
Album yang berisi kemarahan, keputusasaan, dan penghinaan terhadap diri sendiri itu dengan sangat ajaib menjadi magnet yang kuat, siap menarik siapa saja masuk dalam lingkarannya.
Sebagai penyuka lagu-lagu Pearl Jam, hari-hari saya dulu pernah diwarnai dengan aksi gontok-gontokan dengan seorang teman yang merupakan penggemar Nirvana.
Obrolan kami kerap diwarnai dengan saling menjatuhkan band yang tidak disukai satu sama lain. Â Sekarang, saya kerap terkekeh sendiri bila mengingat perdebatan akan hal-hal yang gak penting saat remaja dulu.
Namun semenjauhnya saya dari Nirvana, pada akhirnya saya menyerah dengan band yang beranggotakan Kurt Cobain, Dave Grohl, dan Krist Novoselic ini. Â Saya gatal melihat album bercover bayi mengambang milik kakak yang tergeletak pasrah seakan ingin didengarkan.
Apalagi kuping dan mata ini telah dihajar habis-habisan oleh nomor "Smells Like Teen Spirit" yang merajai MTV.
Dan semua itu digenapi dengan suara sember teman gontok-gontokan yang hobi sekali menyanyikan lagu "Lithium" berkali-kali sampai membuat baris "I'm so happy 'cause today I found my friends They're in my head" berputar-putar terus di otak.
Saya pun akhirnya berada di pusaran album "Nevermind" yang berisi elemen punk rock dan grunge dengan vokal Kurt Cobain yang ekspresif.
Tak dapat dipungkiri kehadiran album yang rilis pada 24 September 1991 ini telah mengubah wajah musik populer pada umumnya dan musik rock pada khususnya dengan menyisihkan musik glam/hair metal untuk kemudian memulai revolusi musik alternatif rock.