Seorang teman misuh-misuh karena ia diberi kain seragaman untuk acara pernikahan anak dari tetangganya. Teman saya ini termasuk sosialita kambuhan, jadi wajar aja bila ia kerap terlibat dengan acara-acara penting di sekitar lingkungannya.
Entah telah berapa kali saya memergoki dia dengan kain baju seragaman yang terkulai lemas di tangannya. Â
Untungnya dia bisa jahit-menjahit, jadi gak musti mengeluarkan biaya. Â Ya, paling harus beli kain yang mecing warnanya untuk kerudung. Â Laah, masih gak untung juga ya jadinya
Pakaian seragam dengan model atau nuansa warna sama pada acara pernikahan ini biasanya dipakai oleh para bridesmaid.
Ya, bridesmaid secara bahasa memiliki arti pengiring pengantin yang menjalankan tugasnya sebelum dan saat acara pernikahan berlangsung.
Jumlahnya sendiri cukup bervariasi tergantung keinginan sang pengantin wanita. Â Bridesmaid ini biasanya terdiri dari para kerabat dan teman dekat.
Tugas bridesmaid sendiri bermacam-macam di antaranya membantu persiapan acara pernikahan, bridal shower, menjaga barang pengantin ketika harinya tiba, mengurus keperluan pengantin dari makan, minum, ke toilet, dan tentu saja menjadi teman curhat.
Orang yang disebut bridesmaid sudah ada sejak dulu namun gak pakai istilah yang blukutuk-blukutuk begini plus gak harus seragaman pula.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa keberadaan bridesmaid sekarang ini sedikit bias karena nyatanya mereka banyak yang hanya ikut mejeng di acara foto-foto saja, tidak ikut terlibat secara mendalam dalam tetek-bengek urusan pernikahan.
Nah, demi keciamikan hasil foto, pakaian para bridesmaid ini pun harus seragam. Â Masalahnya, tak sedikit bridesmaid yang mengeluhkan hal ini.
Ya, banyak kasus para bridesmaid hanya diberi kainnya saja alias belum dijahit samsek atau hanya diwanti-wanti untuk memakai dress code tertentu. Â Hal ini terkadang membuat semangat para bridesmaid mlehoy. Â
Betapa tidak, mereka harus menyediakan dana untuk menjahit atau membeli pakaian sekaligus perlengkapan dan aksesoris lainnya yang cucok meong. Â Belum lagi, mereka pun harus memberi kado atau hadiah pada sang pengantin.
Printilan tersebut gak kaleng-kaleng, semuanya memakai kepeng. Â
Bagi yang memiliki rejeki berlebih sih gak masalah, namun akan menjadi masalah bagi yang sedang kembang-kempis menanti tanggal gajian tiba. Â Sungguh nelangsa.
Oleh karena itu, ada baiknya para pengantin memikirkan kembali penyeragaman kostum bridesmaidnya. Â Semua permodalan untuk para bridesmaid seharusnya ditanggung oleh pihak penyelenggara acara yang tengah berbahagia.
Lha mosok bahagia di atas penderitaan orang lain, gak mashook sama sekali kan ya.
Bila dana pengantin mepet dan gak ada bajet untuk mendandani para bridesmaid jangan terlalu memaksa untuk tampil seragam. Â Kan dari TK sampai SMA sudah pakai seragam, apa gak bosen? Huehuehue.
Sudah saatnya para pengantin mepet dana untuk tampil percaya diri dengan segala bentuk keanekaragaman kostum sehingga tidak menyusahkan para bridesmaidnya.
Percayalah, tanpa bridesmaid yang tampil seragaman tak bakal membuat penghulu urung menikahkan.
Demikian.
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H