Pempek panggang selalu mengingatkan saya kepada seorang kating atau bahasa urdunya, senior yang pernah menjadi teman perjalanan pulang dulu.
Ya, ketika menumpang angkot, kating saya yang bila dilihat wajahnya melalui sedotan mirip Tintin, jurnalis besutan Herge itu sambil lalu berkata bahwa ada lapak pempek panggang enak di sekitar lokasi universitas swasta yang kami lewati.
Dia, yang di depan nama aslinya tertulis huruf R besar berupa gelar yang entah keturunan keberapa Raja Padjadjaran ini dengan tak bertanggung jawab asal tunjuk tempatnya. Â Ya, itu tangan bagaikan telunjuk semua, mengarah kemana-mana.
Sambil menunjuk-nunjuk lapak-lapak tukang makanan di sekitaran Jalan Tamansari, dengan heroik ia mengisahkan wanginya aroma pempek ketika dipanggang. Â Kala itu saya 'b' aja dengan ceritanya, dalam pikiran saya pempek panggang ya sama saja dengan pempek yang lain, setelah direbus lalu dipanggang kayak bolu bukan digoreng, haha. Jadi saya boro-boro penasaran dengan hidden gem yang ia ceritakan tersebut.
Lucunya, sampai sekarang, saya gak pernah tahu di mana lapak pempek panggang yang kating saya sebutkan itu. Â Hawong, sudah nanya ke beberapa teman yang lulusan universitas tersebut pada geleng kepala, je, yak kepriben iki.
Saya tertarik mencicipi olahan ikan itu jauh setelah saya kehilangan kontak dengan kating saya yang baik hati dan tidak sombong itu karena pernah meminjamkan diktat kuliahnya yang masih terjaga walau telah ia bontang-banting sedemikian rupa.
Beberapa tahun kemudian, saya baru tahu bila pempek panggang memiliki cara pengolahan yang sedikit berbeda dengan pempek kapal selam, lenggang, lenjer, adaan, tahu, pastel, dan kulit. Â
Ya, selama bertahun-tahun, saya hanya mengenal pempek kapal selam saja, dah kayak Jon Bon Jovi nyelem-nyelem di film kapal selem. Namun, setelah bertemu pak suami, saya langsung khatam dengan berbagai jenis pempek termasuk pempek panggang yang sedikit sulit ditemukan di tempat-tempat penjual pempek di Bandung pada umumnya.
Saya sendiri baru merasakan jenis pempek ini di tiga tempat, yaitu pempek Rama Lengkong, pempek KP, dan pempek Dakocan. Dan semuanya yang premium bukan yang tanpa ikan atau dos.
Di pempek Rama, makanan olahan ikan yang juga dikenal dengan nama tunu itu dimasukan sebentar ke microwave untuk dihangatkan setelah beberapa waktu sebelumnya dipanggang. Â Demikian hasil penerawangan saya yang on-off karena banyak orang yang hilir-mudik di depan mata.
Ya ngerti sih, karena manggang pempek itu lambreta sodara, butuh waktu yang panjang karena harus menggunakan api kecil agar tidak gosong. Â Nanti bila dipanggangnya dadakan ala tahu bulat, hasilnya malah jadi lima ratusan, gurih-gurih enyoy.
Akan halnya di pempek KP, Â pempek panggang hanya eksis pada hari-hari tertentu. Kata Cici penjualnya, pempek satu ini gak terlalu populer, hanya orang-orang yang telah familiar dengan itu barang yang kerap membelinya.
Nah, bila di pempek Dakocan, beda lagi. Â Koko Chandra sang pemilik, suka-suka bikinnya dan bila ada pesanan saja. Â Dulu bila ia membuat pempek panggang langsung kabar-kabari via WA. Â
Pempek panggang ini harganya mihil, buuunnddd. Satu bulatan dengan diameter 5 cm dibanderol dengan harga 7 sampai 8 ribu rupiah, sedangkan pempek lainnya yang besarnya sama hanya dihargai sekitar 5 ribu rupiah saja. Â Harga tersebut berlaku tahun lalu, entah kini karena sudah lama saya tidak membeli jenis pempek ini.
Oleh sebab itu daripada mengeluarkan uang sebesar 48 ribu untuk medapatkan pempek panggang sebanyak 6 butir mending buat sendiri saja. Ikan tenggiri seharga 40 ribu ditambah printilan bahan lainnya bisa jadi 32 butir, kenyang deh mamak!
Yuk ah, gaasssskeuuunn!!
Resep Pempek Panggang a.k.a Tunu
Bahan :
500 gr daging ikan tenggiri
400 gr tepung sagu
20 gr garam halus
10 gr kaldu bubuk (opsional)
1 sdm gula pasir
350 gr air dingin
Filling :
20 buah cabai rawit hijau
10 gr ebi/rebon, sangrai, haluskan
Secukupnya kecap manis
Cara membuatnya :
1. Â Campurkan air dan daging ikan tenggiri, blender.
2. Â Tambahkan garam, kaldu bubuk, dan gula, aduk rata.
3. Â Masukan tepung sagu sedikit demi sedikit, aduk rata. Â Jangan pakai tenaga ya, apalagi tenaga kuda, nanti adonan bisa meringkik, eh, nanti jadi adonan bisa jadi keras.
4. Â Bagi adonan sesuai selera, lalu bulatkan dan sedikit digepengkan.
5. Â Panggang di atas teflon, bolak-balik sampai matang. Â Ingat, pakai api kecil saja ya, agar adonan matang di tengahnya tapi tidak gosong.
6. Â Filling : sangrai ebi/rebon, haluskan. Â Haluskan cabai rawit, siapkan kecap manis.
7. Â Belah horizontal pempek yang telah dipanggang jangan sampai putus. Â Isi dengan ebi/rebon sangrai, cabai rawit, dan kecap manis. Â Tutup dan tekan perlahan.
Selamat menikmati, eh, memasak.
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H