Bikin tumpeng itu ribet. Â Ya, nasi kuning berbentuk kerucut dengan berbagai lauk-pauk yang melingkarinya itu selalu membuat saya mati gaya. Â
Betapa tidak, membuat tumpeng itu perlu banyak persiapan. Oleh karenanya saya jarang sekali mengeksekusi olahan nasi satu ini.
Pokoknya hubungan saya dengan tumpeng gak akrab-akrab banget deh. Dia ada bila jiwa korsa saya tengah meledak-ledak bagai bom panci.
Seingat saya, dulu ibu dan simbah gak pernah membuat tumpeng sekali pun. Jadi gak ada namanya resep turun-temurun dari leluhur. Â Jadi dengan daya upaya seadanya saya mencari koentji membuat tumpeng secara mandiri.
Beruntungnya, internet sudah merajalela seperti sekarang, mencari resep masakan semudah membalikan kasur kapuk yang ada tumilaknya eh membalikan kasur busa, ringan dan gampang.
Banyak mamak-mamak bahkan para chef yang berbaik hati membagikan resep dan ilmu mereka secara sukarela. Â Dan rasanya memang menyenangkan loh berbagi itu.
Kembali ke tumpeng, menurut adat Jawa, penggunaan nasi kuning yang dibentuk menjadi tumpeng untuk perayaan syukuran atau selamatan mempunyai filosofi tersendiri.
Warna kuning nasinya menggambarkan kekayaan, keberlimpahan, dan rezeki, sedangkan tumpengnya yang berbentuk lancip mempunyai filosofi yang berkaitan dengan moral yang luhur dan hubungan manusia dengan Tuhannya.
Dilansir dari Kompas, kata "tumpeng" merupakan akronim dari "yen meTu kudu meMPENG" yang artinya ketika keluar harus sungguh-sungguh semangat. Ya, sebagai manusia hendaknya harus menjalani hidup di jalan Tuhan dengan semangat, fokus, dan tidak mudah putus asa.
Biasanya tumpeng dikelilingi oleh 7 rupa lauk-pauk. Â Dalam bahasa Jawa tujuh itu pitu yang merupakan akronim dari pitulungan atau pertolongan.
Nah, lauk-pauk sebanyak tujuh olahan ini merepresentasikan hasil bumi dan kehidupan di dunia yang beragam. Â Akan halnya warna kuning pada nasinya menjadi simbol kemuliaan dan kemegahan dan bila nasi tumpengnya berwarna putih menyimbolkan kesucian.
Tumpeng biasanya dibuat untuk event-event istimewa yang berkaitan dengan ungkapan rasa syukur. Â Pemotong puncak tumpeng atau bila dalam bahasa Sundanya congcot biasanya dilakukan oleh orang yang dihormati atau dituakan. Â
Jadi bagi orang yang dimudakan jangan terlalu berharap untuk dapat memotong congcot tumpeng apalagi punya tetangga, mau kena sleding, heuheu.
Tapi tenang, sekarang potong tumpeng bisa dilakukan oleh siapa saja bahkan semua anggota keluarga bisa kok potong congcot tumpeng masing-masing tanpa harus rebutan karena sekarang ini eranya tumini, yeay.
Yap, ini tumini bukan nama tetangga saya ya tapi singkatan dari tumpeng mini. Â Gak hanya rok yang mini tapi tumpeng juga bisa lah ya. Â Tumini hadir demi pemerataan dan memberi kesan lebih personal. Siapa saja bisa memotong congcotnya yang menggoda. Â
Tumini cocok dijadikan sebagai hantaran syukuran karena memiliki penampilan yang cantik dan nyentrik. Tumini untuk hantaran biasanya dikemas dengan menggunakan wadah mika bulat.
Resep yang digunakan untuk membuat tumini sama dengan versi tumpeng besar ya. Â Nah, bila dulu membuat nasi kuning harus menggunakan langseng dan dimasak di atas kompor, kini membuat olahan nasi tersebut cukup dengan menggunakan rice cooker atau magic com saja, praktis.
Biasanya bila membuat tumpeng versi besar saya selalu menambahkan beras ketan agar tumpeng mudah dibentuk namun untuk tumini cukup beras saja.
Di bawah ini ada resep membuat tumini (nasinya saja), untuk 4 porsi.
Resep Tumini
Bahan :
300 gr beras, cuci bersih
350 ml santan
1 lembar daun salam
2 lembar daun jeruk, buang tulangnya
1 iris lengkuas, geprek
1 batang serai, geprek
Secukupnya garam
2 sdm minyak untuk menumis bumbu
Bumbu halus :
1/2 bungkus bumbu gulai instan
5 cm kunyit
6 siung bawang merah
4 siung bawang putih
2 butir kemiri
Cara membuatnya :
1. Â Tumis bumbu halus lalu masukan daun salam, serai, lengkuas, daun jeruk, aduk sampai harum. Masukan santan aduk rata.
2. Â Siapkan magic com atau rice cooker, masukan beras dan bumbu nasi kuning tadi. Masak sesuai aturan. Setelah njeglek magic comnya aduk rata nasi kuningnya dan diamkan agar tanak.
3. Â Siapkan piring/alas wadah mika, alasi daun pisang. Gunakan loyang kecil yang dilapisi plastik, masukan nasi lalu padatkan. Tumplek kan di wadah datar.
4. Â Gunakan cetakan tumpeng mini alasi daun, masukan nasi kuning, padatkan. Tumplekkan tumpeng di atas nasi kuning yang telah dicetak sebelumnya.
5. Â Hias dengan lauk pendamping, kali ini saya menggunakan lauk pendamping sebagai berikut :
- Â Opor kuning telur dan kentang
- Â Jengkol rawit
- Â Ayam goreng
- Â Kering tempe
- Â Bakwan jagung
- Â Mentimun dan kemangi
Lauk pendamping yang digunakan bisa apa saja tergantung selera ya yang penting bisa dimakan, heuheu.
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H