Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menjajal Kereta Api Lokal Cibatuan dan Menikmati Sate Maranggi yang Sedap Nian

23 Desember 2021   20:56 Diperbarui: 27 September 2022   17:55 2590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain jembatan terpanjang, kereta api ini juga melewati terowongan Sasaksaat yang membelah perbukitan Cidepong. Terowongan ini memiliki panjang 950 meter dan menjadi terowongan aktif terpanjang di Indonesia.

Bantalan rel kereta di terowongan ini setiap 3 jam sekali sebelum atau setelah kereta lewat selalu dicek agar keamanan perjalanan kereta terjamin. 

Pengecekan ini terbagi menjadi 3 shift dengan mengandalkan satu orang petugas pershiftnya. Bayangkan mereka harus bolak-balik jalan kaki sambil mengecek sejauh 2 km, sendirian pula. Apresiasi setinggi-tingginya buat para pekerja KAI ini.

Nah, setelah 2 jam berkereta tibalah saya di stasiun tujuan yaitu Plered. Stasiun kecil yang sangat bersih dan rapi. Saya memiliki waktu 2 jam sebelum kereta Cibatuan datang mejemput.

Plered ini terkenal dengan kerajinan gerabahnya, namun karena saat itu hujan bikin gak mood untuk mencari tahu di mana para gerabah itu bersemayam. Alhasil, terdamparlah di sentra sate Maranggi yang berada tepat di samping stasiun Plered.

Dokpri
Dokpri
Halaman depan stasiun Plered|Dokpri
Halaman depan stasiun Plered|Dokpri
Tempat isi baterai di stasiun Plered|Dokpri
Tempat isi baterai di stasiun Plered|Dokpri

Sate Maranggi ini adalah kuliner khas Purwakarta yang di setiap tusuknya terdiri dari 3 potong daging yang memiliki filosofi tersendiri. Ya, tiga potong daging itu melambangkan tri tangtu berupa tekad, ucap, dan tindakan.

Sate yang diciptakan oleh Mak Ranggi pada sekitar tahun 1960-an itu dagingnya direndam dulu dalam bumbu rempah-rempah sebelum dibakar. Nah, Mak Ranggi ini lama-kelamaan bergeser pengucapannya menjadi Maranggi.

Mamang Sate Maranggi sedang kipas-kipas|Dokpri
Mamang Sate Maranggi sedang kipas-kipas|Dokpri
Sate Maranggi yang saya nikmati kemarin ini dibanderol dengan harga Rp. 2.000,- pertusuknya. Langsung dibakar oleh sang penjual di depan para pembeli sehingga asap sate pun merajalela kemana-mana. 

Ada dua pilihan saus yaitu saus kecap dan saus kacang. Sedangkan nasi yang dibungkus daun menjadi teman makan sate yang rasanya endang-markindang itu.

Sate Maranggi|Dokpri
Sate Maranggi|Dokpri
Setelah makan sate dan cemal-cemil kudapan, saatnya kembali ke dalam stasiun untuk menunggu kereta yang datang dari Purwakarta. Beli tiket dan scan barcode lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun