Sate sendiri adalah olahan makanan khas dari daerah Jawa. Menurut Jennifer Brennan (1988) dalam bukunya Encyclopaedia of Chinese and Oriental Cookery, sate dikembangkan dengan mengadaptasi kebab India yang dibawa pedagang muslim ke tanah Jawa.
Akan halnya menurut catatan sejarah yang tidak ditulis oleh para Mpu di selembar daun lontar, sate merupakan makanan khas daerah Ponorogo, Jawa Timur. Â Asal kata sate adalah "sak beteng" yang berarti satu tusuk.
Nah, sate cecek yang bakalan saya bahas kali ini berasal dari daerah Jepara. Sate cecek ini biasanya dihidangkan bersama horok-horok alias makanan pokok orang Jepara saat era kolonial dulu.
Horok-horok sendiri terbuat dari tepung pohon aren dan sangat langka karena hanya ditemukan di wilayah Jepara. Saya mah belum pernah mencicipi horok-horok, lha wong ke Jepara aja belum pernah bahkan dalam mimpi sekalipun, heuheu.
Di pasar, cecek sapi dijual sekitar 22 ribu rupiah perkilogramnya, ada yang sudah dipotong kotak-kotak, ada juga yang masih berbentuk lembaran. Dulu saya kerap bingung yang mana cecek dan yang mana kikil, soalnya banyak orang yang mengatakan cecek itu kikil dan kikil itu cecek, bolak-balik bagai rute angkot, pusing.Â
Ternyata bila cecek berasal dari kulit sapi maka kikil merupakan sebutan untuk tulang rawan kaki.
Cecek yang saya ketahui terdiri dari dua jenis yaitu basah dan kering. Â Cecek kering kerap disebut kerecek, rambak, atau dorokdok. Â Bila cecek kering kerap saya masak menjadi menu sambal goreng atau gulai dengan aksesoris yang berbeda maka cecek basah kerap diolah menjadi oseng-oseng, gulai, atau sate cecek.
Kini menikmati sate cecek gak usah pusing tujuh keliling mencari lapak angkringan tapi bisa bikin mengolahnya sendiri.Â
Berikut resep sate cecek ala angkringan.
Resep Sate Cecek ala Angkringan
Bahan :
500 gr cecek sapi
2 lembar daun salam
1 batang serai, memarkan
1 sdm gula merah
2 cm lengkuas, geprek
1/4 sdt terasi
200 ml air
1 sdm kecap manis
1 sdm air asam jawa
1 sdt garam
1 sdt gula pasir
Secukupnya minyak goreng