Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Pennywise, Band Punk yang Tak Biasa

14 Oktober 2021   21:37 Diperbarui: 15 Oktober 2021   14:30 1838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pennywise|Sumber: Facebook/JC Photography via Dailyhive.com

Tak terasa 25 tahun sudah, Jason Matthew Thrisk pergi ke alam keabadian. Pemain bass band hard-core punk, Pennywise itu meninggalkan banyak kenangan di antara teman dan penggemarnya.

Bersama Jim Lindberg (vokal), Fletcher Dragge (gitar), dan Byron McMackin (drum), Thrisk mendirikan band yang berpangkalan di Hermosa Beach, California pada tahun 1988 silam. Namun sayang kematiannya akibat luka tembak yang ditimbulkannya sendiri telah mengakhiri perjalanan bermusiknya bersama rekan-rekan satu bandnya.

Ya, sebagai salah satu personil band yang berdiri tahun 1988 itu, bersama Jim Lindberg, Thrisk telah melahirkan banyak nomor-nomor keren untuk bandnya. Mereka kerap menyajikan materi tentang sikap mental yang positif serta masalah sosial politik yang dianggap tak menyenangkan dalam nomor-nomor yang ditulisnya.

Sepeninggal Thrisk, Pennywise mendudukkan Randy Bradbury sebagai pemain bassnya dan hingga kini masih mempertahankan line-up aslinya kecuali saat mereka merilis album ke-10 di mana Lindberg digantikan oleh vokalis Ignite, Zoli Teglas. Vokalis yang kini berusia 56 tahun itu memang sering keluar masuk, namun hal itu tak membuat Pennywise mengalami bongkar pasang personil yang masif.

Nama Pennywise sendiri diambil dari karakter iblis berpenampilan badut dalam novel yang ditulis oleh Stephen King, "It". Novel ini pernah difilmkan dengan judul yang sama pada tahun 2017 dan 2019 silam yang dibintangi oleh Bill Skarsgard.

Mereka tak ingin memakai kostum Pennywise di panggung namun hanya ingin mengatakan bahwa sosok badut dalam novel itu dapat berubah menjadi apapun yang paling ditakutkan tergantung apa yang ada dalam pikiran.

Pennywise hadir membawa angin segar setelah sebelumnya beberapa band punk menerima ejekan secara bertubi-tubi sejak Johnny Rotten mulai mencibir anarki dan hilangnya masa depan.

Ya, dilahirkan di sisi oposisi membuat sebagian band punk menjadi bahan ejekan, kemarahan, dan cemoohan. Band-band ini menyambut sesuatu dengan unjuk taring dan geraman.

Namun tidak dengan Pennywise, mereka bermain musik dengan mengesankan di antara beat-beat cepat nan riuh-rendah. Para penggemar musik keras pun dengan senang hati bergembira-ria dengan musik yang mereka hadirkan.

Lirik-lirik mereka pun lebih bersahabat yang isinya mengandung pesan dan nasihat dengan tujuan memberi inspirasi kepada para pendengarnya untuk menemukan jalan hidup yang lebih positif.

Walaupun ada beberapa nomornya yang berkisah tentang masamnya kehidupan, kebencian, kelalaian, dan penderitaan, nyatanya Thirsk dan Lindberg selalu menyelipkan pesan untuk tetap waspada, berpikir mandiri, dan tentu saja menghindari keputus-asaan. Tak heran karena dulunya band ini bernama P.M.A, kependekan dari Positive Mental Attitude.

Dalam penulisan lirik, Lindberg pun terpengaruh oleh sastrawan Ralph Waldo Emerson dan Henry David Thoreau, sedangkan band punk, Bad Religion menjadi band yang juga memengaruhi cara mereka bermusik.

Album pertama mereka, "Pennywise" yang rilis tahun 1991 dibawah bendera Epitaph membuat nama mereka langsung dikenal oleh komunitas punk dan segera membuat pengakuan secara nasional.

Setelah rilisnya album ini, Lindberg meninggalkan band dan digantikan oleh vokalis The Vandals, Dave Quackenbush untuk mengisi tur konser mereka. Tak lama berselang, Lindberg kembali lalu mereka merilis album ke-2 yang berjudul "Unknow Road."

Album ketiga mereka "About Time" rilis pada tahun 1995 dan merupakan album terakhir bagi Thirsk. Setahun setelahnya, album keempat mereka, "Full Circle" hadir dengan dipenuhi kenangan akan sang bassist mereka yang telah tiada. 

Dalam album inilah sebuah lagu yang ditulis oleh Thrisk dibawakan ulang sebagai lagu penghormatan yang berjudul "Bro Hymn" dengan sedikit perubahan di beberapa line-nya.

"Bro Hymn" merupakan salah satu lagu favorit saya. Lagu ini awalnya hadir di album pertama mereka dan diciptakan oleh Jason Matthew Thrisk sebagai kenangan akan dua temannya yang meninggal karena kecelakaan dan satu temannya yang tewas tenggelam di pantai Hermosa.

Nomor satu ini memiliki melodi yang bersemangat dan lirik yang positif membuatnya menjadi lagu yang sekali dengar langsung jatuh hati. Hal inilah yang membuat "Bro Hymn" menjadi lagu kebangsaan beberapa klub pada cabang olahraga seperti hockey es, sepak bola, football, dan lacrosse.

Selain "Bro Hymn", Pennywise memiliki nomor-nomor menyenangkan untuk didengar seperti F*ck Authority, Peaceful Day, Society, Same Old Story, Revolution, Let Us Hear Your Voice, dan Fight Till You Die.

Walaupun nama Pennywise tak sesanter The Offspring dan Bad Religion di dunia internasional, namun mereka adalah band yang sangat produktif.

Dalam rentang 21 tahun setelah album keempatnya, mereka telah merilis 8 album masing-masing, Straight Ahead (1999), Land of the Free? (2001), From the Ashes (2003), The Fuse (2005), Reason to Believe (2008), All or Nothing (2012), Yesterdays (2014), Never Gonna Die (2018).

Kesuksesan Pennywise dengan semua lirik positifnya nyatanya malah membawa beberapa komunitas punk rasis dan rawan kekerasan datang ke konser mereka dan mulai mengacaukan pertunjukan. 

Hal ini berkenaan dengan logo PW yang mereka sandang dan dimaknai sebagai kekuatan kulit putih. Kerusuhan dan kekacauan tak dapat dielakkan dan membuat Pennywise dicap sebagai band biang kerusuhan.

Terlepas dari cap buruk yang pernah menyertainya, Pennywise bersama The Offspring merupakan band pertama di bawah naungan Epitaph yang menjalin hubungan dengan komunitas surfing, skateboarding, dan snowboarding yang menggunakan musiknya sebagai soundtrack untuk video dan film populer tentang olah raga tersebut. Pennywise pun sempat menghiasi game SEGA Top Skaters yang rilis tahun 1997 silam.

Walaupun banyak dari lagu-lagu Pennywise yang terdengar sama di telinga nyatanya mereka memiliki kekuatannya sendiri berupa melodi, vokal serta lirik yang membuat para penggemarnya tetap setia menikmati semua karya menawan mereka selama 3 dekade ini.

 

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun