Kembali ke grup lawak, ada yang namanya Ketoprak Humor. Â Saya cukup lama mengikuti acara ini. Â Timbul, Marwoto, Topan, dan Leysus merupakan empat orang yang menjadi magnet dari acara televisi ini.Â
Dibanding ketika ia ada di Srimulat, Timbul terasa lebih kocak di salah satu produk keluaran Yayasan Paguyuban Kesenian Samiaji yang ia dirikan bersama beberapa mantan anggota Srimulat ini. Â
Zaman berubah, saatnya grup-grup lawak yang lebih muda menampilkan humor-humor cerdas dengan selipan kritikan yang tajam. Bagito adalah salah satunya. Â
Dulu saya kerap melihat acara mereka di salah satu televisi swasta yang bertajuk "Basho." Â Setelah Bagito ada Patrio, dan Cagur namun dua grup lawak ini gak terlalu saya ikuti. Â Ya, nontonnya sekali-sekali aja gitu.
Tukul Arwana menjadi komedian selanjutnya yang pernah membuat saya tertawa, ya pernah, karena lama-kelamaan lawakannya jadi kurang garam alias hambar. Â Entah karena episode acaranya yang sudah mumpluk bagai busa sabun atau karena sudah tak masuk dalam bagian otak saya yang memproses kelucuan aja, cie.
Setelah Tukul ada Sule dong. Â Komedian asal Bandung ini memiliki materi humor yang fresh untuk ukuran saat itu. Â Namun seperti halnya Rey ... Rey ... Reynaldi, lama kelamaan humor-humornya gak sampai ke otak saya. Â Tapi dimaklum sih, karena membuat materi komedi itu syulit.
Nah, tibalah saya kepada tipe lawakan berbentuk stand up comedy. Â Kagum aja dengan para stand up comedian ini bisa membuat narasi yang kocak habis. Soleh Solihun, Abdur, Tretan, Fico, dan Dodit menjadi stand-up comedian favorit saya.Â
Tapi lagi-lagi masa ketawa-ketiwi bareng stand up comedy telah berakhir. Â Saya sudah jarang tertawa melihat para stand up comedian terutama yang baru muncul, mungkin saya sudah terlalu tuwir untuk mengerti apa yang mereka bicarakan, eh.
Setelah mengarungi dan menyelami banyak tipe lawakan dari satu komedian ke komedian lainnya yang telah menghibur hati nan hampa, Â kini yang tersisa adalah menikmati lawakan para tetangga dan komedi ala drama korea, eish.