Untuk mengawali kesepakatannya, David Falk menuntut Nike agar pemain bernomor punggung 23 saat bermain untuk Chicago Bulls ini memiliki lini sepatunya sendiri dengan jadwal rilis tahunan berupa satu model sepatu per tahun. Â Namun, nyatanya gagasan Falk tersebut ditentang oleh NBA yang memiliki peraturannya sendiri. Â
Kala itu NBA menyukai sepatu Converse karena semuanya berwarna putih dan hanya ada aksen warna jersey dari tim masing-masing. Hal ini bertujuan untuk "menyamakan pemain dan mempromosikan suasana tim" demi berjalannya bisnis waralaba mereka. Â Namun hal ini hanya memampatkan pemain secara individu karena tak terlihat pemain yang menonjol.
Kabar gembiranya, Michael Jordan ada untuk mendobrak itu semua. Â Sebagai pemain NBA All Star ia telah banyak memperjuangkan hak pemain di NBA, liga yang memiliki sejarah hobi meremehkan dan membungkam atletnya. Kelahiran lini Air Jordan 1 dengan warna ikonik hitam dan merah serta sepasang sepatu putih yang ia kenakan untuk pertandingan pra musim melawan New York Knicks, di Madison Square Garden pada tahun 1985 adalah pemicu perubahan dalam diri NBA.
Nama Air Jordan (AJ) sendiri berasal dari ide Falk yang menggabungkan antara sol berteknologi udara-nya Nike dengan permainan melayang ala slam dunk yang banyak dilakukan Jordan dalam setiap permainan basketnya.
Namun AJ mendapat ganjalan ketika mata komisaris NBA David Stern bersiborok dengan sepatu itu dan berakhir dengan sebuah surat peringatan  yang berisi larangan pemakaian sepatu AJ dengan alasan tidak sesuai aturan dan prosedur.
Ia memperingatkan bahwa sepatu AJ yang dikenakan Jordan bertabrakan dengan rekan satu tim-nya dan mereka pun dilarang bermain. Â Namun, hal ini nyatanya tidak menghentikan jalinan kasih antara duo pemain dan korporasi tersebut.
Selama bertahun-tahun, Nike memanfaatkan skandal tersebut dengan menampilkan iklan AJ1 sampai akhirnya merilis ulang sepatu itu dalam sampul edisi "terlarang." Â Semua itu adalah upaya untuk menaikan citra diri Michael Jordan sebagai atlet tunggal, seorang pria yang membuat aturannya sendiri.
Akibat kasus ini, Michael Jordan pun didenda di musim kompetisi tahun 1985 sebesar $5 ribu untuk setiap pertandingan saat ia mengenakan sepatu tersebut dan Nike pun membayarnya dengan riang gembira. Betapa tidak, pada tahun pertama penjualannya, AJ telah mendatangkan pundi-pundi sebanyak $126 juta jauh lebih tinggi dari ekspektasi Nike yang mengharapkan pendapatan senilai $3 juta pada tahun keempatnya. Â
AJ1 makin terkenal ketika dikenakan MJ saat kontes slam dunk tahunan NBA tahun 1985. Â AJ2 yang dirilis pada bulan November 1986 adalah yang pertama menampilkan logo "Jumpman" yang menjadi ikon merek tersebut. Â Kini logo Jumpman tak hanya ada di lapangan basket namun sudah menjalar ke lapangan-lapangan olah raga lainnya termasuk sepak bola.
Setelah pertandingan terakhirnya untuk NBA pada tahun 2003 silam, Â Michael Jordan mendapatkan $130 juta dari endorsement Air Jordan, empat kali lebih banyak dari LeBron James.