Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Merayakan 30 Tahun Album Smashing Pumpkins "Gish" yang Lahir dari Bakat, Ambisi, dan Rasa Benci

9 Juni 2021   21:20 Diperbarui: 17 Juni 2021   13:29 1812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : unifiedgoods

Billy Corgan memang kadang ngeselin, pentolan band Smashing Pumpkins ini kerap mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang membuat cemberut rekan di dalam dan di luar bandnya.  

Walaupun sering bikin orang muntab, pria yang kini memilih  berkepala plontos sebagai jalan ninjanya itu telah menyemarakkan dunia musik rock dengan karya-karyanya yang memesona hingga hari ini.

Ya, berkarir sejak tahun 1988, Smashing Pumpkins (SP) telah merilis 11 album studio dengan meraih beragam penghargaan dari American Music Awards, Grammy Awards, MTV Music Awards, dan MTV Video Music Awards.  

Tiga puluh tiga tahun adalah angka yang gak main-main bagi sebuah band untuk tetap berdiri tegak dengan carut-marut permasalahan dan drama yang tak berkesudahan. 

Di antara semua hiruk-pikuk masalah internal yang dialami, sang kepala suku nyatanya tak sedikit pun lelah bahkan saat ia menjadi satu-satunya personil yang tersisa.  Rasa cinta kepada SP-lah yang membuat sang pemilik suara cempreng itu bertahan dan hal itu tersirat dalam salah satu lagu mereka "Oceania."

Tahun 1991 adalah debut karir mereka yang ditandai dengan rilisnya album bertajuk "Gish."  Album ini digadang-gadang telah memengaruhi rekaman album milik Nirvana "Nevermind" dan album pertama Pearl Jam, "Ten."  Ya, dua band ini mengeluarkan album beberapa bulan setelah "Gish" rilis yang hasilnya, makjelegeerrr!

"Gish" sendiri di dalamnya memiliki dua pengaruh yang berbeda, ada sisi alternative metal yang garang meledak-ledak dan kelap-kelip psychedelic rock yang lebih lembut mengalun.

Ilustrasi : unifiedgoods
Ilustrasi : unifiedgoods
Billy Corgan adalah seorang control freak, karakter yang disatu sisi membuat bandnya terpecah belah, namun di sisi lain membuat "Gish" menjadi sangat istimewa. 

Berkat karakternya inilah semua efek bebunyian di album ini terukur dari suara betotan bass "D'arcy Wretzky yang lincah dan hentakan drum Jimmy Chamberlin yang groovy di nomor 'I Am One' dan 'Burry Me' sampai euforia ledakan bebunyian gitar James Iha/Billy Corgan di 'Snail.'

Pemilik nama lengkap William Patrick Corgan itu pun merupakan seorang penulis lagu dan peracik melodi yang handal, hal ini terbukti di nomor-nomor lembut nan moody seperti 'Rhinoceros' dan 'Suffer.'  Suara rock klasik yang ramah dapat dinikmati di nomor 'Siva."

Akan halnya 'Crush' berhias bebunyian bass yang tebal dengan menghadirkan bisikan-bisikan manis penuh rasa kepada seseorang sedangkan 'Tristessa' tampil heavy dengan detuman drum yang khas.

'Window Paine' merupakan nomor klasik instrumental milik Link Wray yang diisi lirik tentang mengatasi kegelapan dan rasa malu. Solo gitar menjulang tinggi di tengah lagu dengan semburan suara nasal Corgan dan permainan drum yang tak dapat didefinisikan dengan kata-kata. Ah, Jimmy Chamberlin sampai saat ini memang menjadi salah satu drummer favorit saya.

'Daydream' disajikan sebagai penutupan, merupakan nomor datar yang terpengaruh My Bloody Valentine dan Cocteau Twins.

Digadang-gadang kekurangan single yang dapat dipampang sebagai kekuatan, nyatanya "Gish" dapat terjual sebanyak 100 ribu kopi dalam tahun pertamanya di bawah naungan label indie Caroline Records yang berafiliasi dengan Virgin Records.  Sebuah pencapaian luar biasa bagi band yang sebelumnya hanya tampil di depan penonton klab yang atuh tak acuh.

Ada yang berseloroh, ketika Tuhan menciptakan bintang rock 90-an, Dia menghabiskan persediaan tampilan menawan dan keteduhan untuk Eddie Vedder, Kurt Cobain, serta Chris Cornell dan yang tersisa untuk Billy Corgan hanyalah bakat, ambisi, dan hasrat membara yang dipicu kebencian.  

Ya, Billy Corgan sadar bahwa secara "look", ia sangat jauh dari bintang rock lainnya namun nyatanya ia dapat menempatkan bakat, hasrat, bahkan rasa bencinya dengan sangat baik yang akhirnya sukses mengantarkan "Gish"  menjadi album yang dapat memeras jiwa dan melelehkan pikiran para penggemarnya.

Nah, bulan Mei kemarin, sang frontman yang merasa tidak ganteng itu merayakan 30 tahun album "Gish" dengan menjadi tuan rumah acara  live streaming selama 2 jam yang isinya mendengarkan rekaman orisinil, tanya jawab, serta preview ekslusif dari nomor-nomor yang belum rilis ditemani oleh Jimmy Chamberlin. Sebuah perayaan yang patut diapresiasi bagi para penggemar, dari masa lalu dan masa kini.

Akhir kata, meskipun "Siamese Dream," dan "Mellon Collie and Infinite Sadness" yang akhirnya meledak di pasaran, namun tak dapat dipungkiri bahwa "Gish" telah banyak berjasa menjadi salah satu album yang sukses membentuk suara musik rock arus utama tahun 90-an.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun