Di ...Eddie Vedder.
Zaman dulu bayar tagihan telpon ribet nian, harus ngantri di kantor atau bank yang ditunjuk. Lama syekali sampai bulukan buat nunggu kasir nyetak tagihan dan berteriak manggil nomer antrian. Mending kalau suaranya empuk kayak suara golden baritonmu itu, wajah ini pasti tak akan ditekuk sampai dagu. Â
Terkadang bila terlalu lama, aku mending balik badan pulang kandang. Cuek bebek dengan suara Pak Satpam yang menyanyikan lagumu sambil tangan melambai. "Why go home? Why go home?"
Di ... Dilan.
Saat jadi pengangguran, bertumpuk amplop coklat ku suruh melayang kesana-kemari seperti UFO yang tiba-tiba ingin menginvasi planet bumi. Nomor telpon pun dengan manis tertulis di kertas HVS tipis. Â Dering telpon menjadi suara yang paling ditunggu. Sudah seperti rindu, berat tapi aku musti ku-ku.
Bagai di kantor CTU-nya Jack Bauer, akhirnya dering telpon terdengar moncer, saling saut dan sikut seperti saat kau tengah tawuran. Kemenangan pun datang, aku pun bisa duduk manis di ruangan dan digaji setiap bulan.
Di ... Dinosaurus.
Kini engkau mempunyai teman perjalanan. Keberadaan telpon di rumah akhirnya musnah. Tak dibutuhkan lagi dengan meninggalkan jejak kabel instalasi yang kini mulai menjadi fosil tanpa jati diri.Â
Satu hal yang pasti, semua memori tentangnya akan selalu tersimpan rapat di otak ini. Dari salah sambung, ngerjain teman, dan curhat dari hati ke hati. Terlalu indah untuk dilupakan hingga saat ini.
Tut ... tut ... tuuuuuut!
Sekian.