Setiap musim hujan tiba rumah saya kerap diserang banjir walaupun banjirnya dapat dihitung dengan jari dan paling tinggi sebatas betis. Â Banjir selalu datang bila curah hujan yang turun sangat tinggi dan lama.
Dulu saat pertama kali dibangun rumah lebih tinggi dari jalan, lha sekarang jalan sudah lebih tinggi dari rumah akibat pengaspalan berkali-kali. Â Keadaan ini diperparah dengan komplek perumahan wanna be yang berlokasi di belakang rumah saya. Mereka tidak memiliki drainase yang baik sehingga air hujan tumpah semua ke jalan dan meluncur bebas ke daerah yang lebih rendah.
Lha parahnya, drainase RT sebelah sama saja akibatnya air pun lebih lama menggenang di sekitar rumah saya. Sampai saat ini belum ada penyelesaiannya karena rumah-rumah yang dilalui saluran air kotor itu sudah permanen semua malah ada yang mendirikan bangunan dan kandang ayam di atas selokan segala. Â
Sama halnya dengan perumahan wanna be di belakang rumah saya tadi, sudah di musyawarahkan sampai tingkat desa tapi tetap tidak ada jalan keluarnya karena ya itu sudah kadung berdiri rumah-rumah. Â
Nah, karena sudah bertahun-tahun menghadapi banjir kiriman dan juga banjir rembesan membuat saya harus bersiasat walaupun bukan meninggikan rumah juga sih karena dananya entah sedang ngacir kemana, heuheu.
Berikut ini adalah kiat menghadapi banjir ala saya dengan gaya rumah yang konturnya berundak.
* Memiliki pompa air celup dengan daya dorong yang tinggi. Semakin tinggi daya dorong semakin cepat air tersedot keluar. Dengan mengunakan pompa air, tenaga manusia pun dapat dihemat.
*  Membuat LCO (Lubang Cerdas Organik) yaitu semacam biopori.  LCO ini adalah program pemkab kabupaten Bandung dalam rangka menanggulangi banjir dan sampah. Ya, LCO di depan rumah saya  dibuat dengan melubangi tanah sedalam 1-2 meter, dipasangi pipa lalu ditutup. Lubang tersebut digunakan untuk tempat pembuangan sampah organik yang hasil akhirnya bisa menjadi pupuk kompos.
Demikian kira-kira kiat saya menghadapi banjir yang datang tak dijemput dan pulang harus diantar melalui jalan yang benar. Â Semoga banjir 2021 tidak datang menyambangi.
Akhir kata, banjir memang membuat susah namun jangan pernah salahkan alam karena sejatinya kesalahan ada di tangan manusia yang telah dengan buruk memperlakukan alam.
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H