Ken tak peduli dengan semua pemberitaan media yang memojokkannya karena meja tak berpenghuni itu, yang penting ia telah menyediakan ruang untuk orang-orang terkasihnya.
"Ken kamu yakin tidak ikut kami untuk merayakan semua ini?" Ryu mengangkat tropi miliknya sesaat setelah acara selesai.
Ken tersenyum lalu menggeleng.
"Bersenang-senanglah, saat ini aku hanya ingin sendiri."
"Hari ini kamu tak akan sempat untuk sendiri karena ... ada mereka." Ryu tersenyum, merangkul bahu temannya itu dan menunjuk kepada tiga sosok yang berjalan tergesa ke arah mereka.
Ken menatap tiga sosok yang sangat ia kenal dan kini telah berada di hadapannya.
"A...a..." Â Ken terbata.
Tanpa menunggu lama, pria setengah baya itu pun mulai berbicara.
"Maafkan ayah, Nak. Selama ini ayah telah membuat hidupmu tak bahagia. Ayah telah memaksakan semua keinginan ayah kepada mu."
Ken berdiri kaku di hadapan ayahnya.
"Aku yang seharusnya meminta maaf karena aku telah mengecewakan ayah dan ibu."
Ayahnya menggeleng sementara Ibu dan kakak perempuannya telah tenggelam dalam lautan air mata.
"Ayah bangga pada mu, Nak. Â Tak ada yang lebih membahagiakan bagi seorang ayah ketika melihat anaknya berhasil atas jerih payah dan keinginannya sendiri."