Pemuda jangkung itu akhirnya menemukannya. Sekian lama tak bertemu dengannya tak membuatnya lupa akan wajah tirus teman masa kecilnya itu. Teman yang membuatnya berani mengambil keputusan penting dalam hidupnya walau hanya lewat panggilan telepon di tengah malam buta.
"Kamu sudah memikirkan semuanya?" Tanya Ryu untuk kedua kalinya.
Ken mengangguk.
"Aku tidak memaksamu Ken. Tapi bila situasinya menjadi seperti sekarang ini, aku jadi merasa bersalah."
"Jangan merasa bersalah Ryu, aku yang membuat keputusan. Ini hidupku."
"Kamu tidak harus meninggalkan kuliahmu, kita akan sesuaikan jadwalnya."
Ken tersenyum tipis.
"Aku meninggalkan semuanya karena aku tahu bahwa inilah hal yang paling aku inginkan dalam hidupku."
Ryu hanya bisa mengangguk mendengar semua ucapan Ken.
***
Ryu, Hiro, dan Yuki ternganga melihat buku yang terbuka lebar di hadapan mereka.
"Kamu yang menulis semua ini?" Yuki membuka lembar demi lembar buku berjilid kawat spiral itu.
Ken mengangguk.
Ryu tersenyum, "Aku tak menyangka kamu masih melakukannya."
"Jejak kehidupanku, semuanya ada di situ." Ken memetik gitar akustik milik Ryu.