Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Jadikan Momen Hari Kebangkitan Nasional untuk Kembali Bersatu, Diawali dengan Saling Memaafkan

20 Mei 2020   13:40 Diperbarui: 20 Mei 2020   13:41 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Kebangkitan Nasional diperingati setiap tanggal 20 Mei di Bumi Indonesia ini.  Hari yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo,  organisasi yang didirikan oleh Dr. Sutomo, serta dua pelajar STOVIA, Gunawan Mangunkusumo dan Suraji atas saran dari Dr. Wahidin Sudirohusodo ini bertujuan untuk memajukan bangsa di berbagai sektor seperti pendidikan, pertanian, peternakan, perdagangan, tehnik, dan industri.  

Momen kebangkitan nasional kala itu menjadi titik tolak perubahan perjuangan melawan penjajahan.  Para pejuang yang awalnya berjuang secara kelompok berdasarkan daerahnya masing-masing akhirnya dapat disatukan dengan semangat kebangkitan nasional yang dilahirkan dari berdirinya Budi Utomo.  Perjuangan dengan senjata beralih menjadi perjuangan secara politis atas nama seluruh rakyat Indonesia.

Di era sekarang ini semangat kebangkitan nasional yang menjunjung tinggi rasa persatuan sedikit tercederai oleh beberapa gelintir orang.

Bagaikan penggemar Film Si Doel yang terbagi menjadi dua kubu, tim Sarah dan tim Zenab, negara ini pun tengah diuji oleh hadirnya dua kubu hasil dari pemilu yang telah lalu.

Kefanatikan pun melahirkan keegoisan.  Saling cerca, hujat, hina, menjadi makanan sehari-hari padahal mereka bersaudara. Kalau sudah begini mungkin di alam sana para pendiri Budi Utomo akan bersedih melihat sebagian umat manusia di bumi pertiwi ini bukannya memupuk rasa persatuan untuk membangun bangsa malah menyuburkan hujatan-hujatan yang nirfaedah.

Belum usai persoalan kubu-kubuan, kini Indonesia kembali diuji dengan pandemi Covid-19.  Lagi-lagi keegoisan telah merusak semuanya. Demi tradisi membeli pakaian baru untuk lebaran, protokol kesehatan diabaikan.  Rasa empati kepada garda terdepan pun hilang yang akhirnya melahirkan tagar terserah yang terasa menyakitkan.

Melihat semakin banyak korban yang berjatuhan karena virus yang mematikan, sebagai sebuah keluarga besar yang bernaung di bawah kibaran sang saka merah putih seharusnya kita bersatu untuk menghadapi kondisi ini.  Saling dukung demi kebaikan dengan menaati protokol kesehatan dan bahu-membahu menolong sesama adalah dua hal yang dapat dilakukan.  

Hari kebangkitan nasional tahun ini seharusnya menjadi momentum untuk kembali menyatukan semangat persatuan demi terbebas dari penjajahan fanatisme terhadap seseorang yang menjerumuskan serta dari serangan virus yang tak kasat mata.  Hal ini dapat dimulai dengan hal kecil namun berimbas besar yaitu saling memaafkan apalagi lebaran sebentar lagi.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun