Belanja makanan itu menyenangkan, saking menyenangkannya terkadang kita lupa kalau tak semua makanan yang kita beli bakal cukup di lambung.  Ingat lambung manusia itu hanya satu bukan empat kayak  sapi, moooohhhhh.
Setiap bulan ramadan tiba penjaja takjil langsung subur bermunculan bagai jamur di musim penghujan. Begitu pun di kompleks sebelah rumah saya. Â Tak peduli sedang PSBB semua orang tumplek blek wawut-wawutan datang kesana. Berjibaku untuk mendapatkan makanan yang diinginkan.
Ragam makanan tersedia, dari jajajan pasar sampai segala olahan makanan kekinian. Â Tampilan makanan yang menggiurkan menambah derasnya air liur manusia-manusia pemburu makanan pembuka.
Keburukan sebagian manusia adalah menuruti nafsunya, salah satunya nafsu makan yang berlebihan apalagi ketika menahan lapar seharian penuh. Â Mata dan hidung mengirimkan berita kepada otak untuk melahap makanan yang diinginkan ketika waktu buka tiba seakan-akan semua makanan bakal masuk ke perut.
Padahal lambung tak akan kuasa menampung. Â Ia akan menyerah ketika sudah over kapasitas. Stok makanan yang masih terhampar di meja pun tak akan ikut serta bergembira masuk ke salah satu organ pencernaan tersebut. Â Kalau sudah begini, kans untuk mubazir pun terbuka lebar.
Berlimpahnya makanan yang ingin disantap saat berbuka puasa diawali oleh laparnya mata. Â Semua yang kita lihat mendadak menjadi enak. Â
Sebenarnya banyak cara mengerem keinginan menyantap segala  makanan saat berbuka di bulan puasa yang membuat kalap belanja,  kalau versi saya sih seperti ini :
1. Mengenali kapasitas lambung kita. Â Ya, seumur-umur punya lambung masa gak kenal-kenal dengan sobat kita satu itu. Bukankah tak kenal maka tak sayang. Â Gak harus mengukur kapasitas lambung dengan menggunakan hitungan matematika, soalnya bisa mati gaya di hadapan sang master matematika milik kita semua, Simbah Albategnius. Cukup dengan mengira-ngira, misalnya saya hanya kuat makan bala-bala 3, minum satu gelas air hangat, dan satu mangkok kolak ketika berbuka. Dengan begitu saya dapat membatasi apa yang akan saya beli.
2. Disiplin dan bisa mengendalikan diri. Iyaak, disiplin adalah satu hal yang penting. Disiplinkan mata kita agar tak keluyuran kemana-mana. Â Kalau rencananya mau beli cendol ya beli itu saja jangan membeli makanan atau minuman lainnya yang terpajang di sebelah tukang cendol. Jangan diperbudak oleh nafsu mencicipi sana-sini, kendalikan keinginan dalam diri kita sendiri. Lha ya mosok dalam diri orang lain, ya kan?
3. Â Bawalah uang pas ketika berbelanja. Bukannya pelit bin medit, membawa uang berlebih hanya akan menjerumuskan kita ke dalam lembah pemborosan dan kesia-siaan yang tak bertepi. Â Lapar mata dan bawa uang banyak adalah kolaborasi yang sangat cucok meong bila bersangkutan dengan belanja-belanji.
Nah, sodara-sodara setumpah darah merdeka, dimana-mana yang namanya kalap itu tidak baik karena dilakukan tanpa perhitungan termasuk kalap belanja makanan apalagi di musim pandemi covid-19 ini yang entah kapan akan berakhir.  Kita harus bisa berhemat karena hidup yang penuh ketidakpastian ini. Jangan  menjadi seorang pembeli impulsif karena pada akhirnya akan membuahkan penyesalan yang bertubi-tubi.