Akhir-akhir ini negara saya yang mana letaknya sekitar seribu tahun cahaya dari negara tetangga mengalami degradasi keberadaan tukang cuanki.
Berbeda sekali dengan awal-awal booming-nya, makanan yang masuk ke dalam keluarga baso-basoan dan berordo baso kuah ini hampir setiap jam muncul dengan suara khas-nya  tok... tok... tok.., gak pake woooowwww.
Padahal sentra pembuatan cuanki plus paguyuban mamang cuanki ada di  RW sebelah. Pertinyiinnya pada kabur kemana tu mamang-mamang? Apakah ngider di negara tetangga atau bikin boyband dalam rangka saingan dengan BTS? Ah hanya Tuhan, juragan cuanki, dan mereka yang tahu.
Nah, kalau sudah ngiler ngeces berember-ember ingin menikmati cuanki sementara si mamang tak jua muncul, ya tinggal bikin sendiri aja. Semua bahannya ada di pasar, dari siomay, tahu, baso, sampai minyak nyong-nyong eh minyak bawangnya. Dengan berbekal kaldu bubuk, air, saos sambal, dan sambal cabe rebus, sebaskom cuanki dapat dinikmati seluruh anggota keluarga. Â
Cuan artinya untung dan hoki artinya beruntung, jadi dobel bonus untung yang  beruntung, ya kayak sodaranya Donald Bebek gitu lah. Kesimpulannya cuanki itu memiliki filosofi baso yang memberi keberuntungan bagi penjual dan pembelinya.
Namun nyatanya, cuanki itu adalah singkatan dari "cari uang jalan kaki". Â Ya, para pejaja cuanki itu berjualan dengan menggunakan tanggungan dan tentu saja berjalan kaki karena kalau pakai skateboard nanti saingan dengan Tony Hawk.
Tapi seiring dengan perkembangan zaman, cuanki dijajakan tidak hanya dengan cara ditanggung saja melainkan dengan memakai gerobak dan mangkal. Â
Nah, Â cuanki mangkal yang terkenal di Bandung adalah Cuanki Serayu. Cuanki ini memiliki porsi yang cukup besar, dengan bahan-bahan yang bermutu.
Didirikan oleh Pak Kusno di sekitar tahun 90-an Cuanki Serayu hingga kini masih menjadi target para pemburu kuliner Bandung, tak ayal antrean selalu menghiasi tempat makan yang di dalamnya terdapat pula menu batagor. Sesuai dengan namanya, cuanki ini bertempat di Jalan Serayu Bandung.