Seorang teman terlihat gelisah sambil membolak-balikan telepon genggamnya yang terlihat masih "cling" ketika kami bertemu beberapa waktu lalu.Â
Sebagai sepupu jauh detektif Conan, jiwa kepo saya pun terusik. Lalu saya pun menginterogasinya dengan mengaplikasikan gaya detektif Loki yang tenang-tenang menghanyutkan.
Setelah melalui pertanyaan demi pertanyaan dapat disimpulkan bahwa ia tengah gelisah karena ponsel yang umurnya baru beberapa bulan itu sudah tidak menarik hatinya lagi.
Usut punya usut, ia merasa terzalimi dengan rekan satu kantornya yang kini telah menggenggam ponsel yang lebih canggih. Jiwa kompetisinya pun memberontak namun apa daya, dana di kantong sudah ambyar meleber ke segala penjuru arah mata angin.
Ya, kini memiliki ponsel tidak hanya melulu demi kebutuhan namun sebagai pelengkap penampilan. Tak jarang banyak yang bergonta-ganti ponsel demi sebuah pengakuan akan gaya kekinian.
Namun sepanjang karier saya berponsel ria sejak tahun 2000 silam, hanya beberapa ponsel yang nyangkut dalam genggaman. Tiga tahun adalah rata-rata pemakaian ponsel saya selama ini.
Saya belum mengganti ponsel bila masih nyaman digunakan. Lha, ganti ponsel itu kan perlu dana, apalagi gonta-ganti secara masif, dana yang diperlukan pasti berpangkat tahun cahaya. Lagi pula "dana" is not my middle name.
Tidak seperti Mbak Dana Scully yang kemana-mana bawa dana, maka saya harus merawat ponsel saya baik-baik agar tidak dihantui oleh pengeluaran dana.
Yaktul, untuk mengurangi risiko kerusakan dini serta awet tanpa harus dibubuhi formalin, ponsel utamanya yang berjenis smartphone harus dirawat dan dijaga dengan sepenuh hati.Â
Beberapa hal di bawah ini dapat dilakukan demi menjaga kelanggengan hubungan kita dengan ponsel kesayangan.
* Membersihkan body ponsel itu mutlak, jangan sampai kotoran yang menempel berkerak. Apalagi bagi seseorang yang kerap berjibaku di dapur seperti saya, terigu, minyak, lelehan telur, dan seperangkat noda lainnya menempel dengan riang gembira.