Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemarau Datang, Fakir Air Disandang

18 Agustus 2019   10:25 Diperbarui: 18 Agustus 2019   10:45 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila para jomblower menyandang gelar fakir asmara, maka para netter yang tongpes menyandang gelar fakir kuota.
Sedangkan gelar saya beberapa tahun lalu adalah fakir air.

Ya beberapa tahun lalu saya mengalami krisis air yang sangat memilukan baik lahir maupun batin.  Setelah bercokol beberapa abad melengkapi rumah, baru saat itu pompa saya ngadat tidak mau menyemburkan air.  Jangankan satu ember, satu tetes pun tak ada yang membuat hidup terasa sangat hampa.  

Mandi? Mandi dong, masih ada tetangga yang baik hati dan tidak sombong. Habis mandi eh dioleh-olehi kue bolu lagi, berasa habis pulang kenduri.

Bila Bandung di lingkung (kelilingi) gunung, sumur saya dikelilingi jetpump dan submersible alias sibel. Kanan kiri, depan belakang, atas bawah.  Semua sumur gali dan sumur bor biasa telah di upgrade memakai jetpump dan sibel yang kerap disebut sumur bor satelit.  

Ya, di wilayah perkotaan dan diskotik alias disisi kota saeutik (sedikit) hihi ada dua jenis sumur bor yang sangat populer di belantara perairan masa kini.
Yang pertama adalah sumur bor jetpump. Sumur ini dibuat dengan kedalaman antara 25 sampai 45 meter dengan menggunakan pompa yang disebut jetpump.  

Nah, beberapa belas tahun lalu jenis sumur ini dapat mencukupi ketersediaan air bersih namun seiring dengan semakin meningkatnya populasi, sumur jetpump sudah tidak mengcover ketersediaan air bersih di wilayah sekitar rumah saya. Kalau sudah begini menggali lebih dalam untuk mendapatkan sumber air harus dilakukan. Dan sumur bor submersible alias sibel lah solusinya.

Sumur bor submersible (sibel) atau semi artesis dibuat dengan kedalaman 60 sampai dengan 80 meter. Pompanya sendiri ditanam di dalam sumur agar terendam air.  Hal ini dilakukan agar semburan airnya lebih dahsyat. 

Karena menggalinya lebih dalam maka kualitas dan kuantitas air yang diperoleh lebih baik dari sumur jetpump.  Biaya yang dikeluarkannya pun lebih tinggi daripada sumur jetpump ditambah waktu pembuatannya yang bisa sampai 7 hari 7 malam seperti yang terjadi pada tetangga saya kemarin ini.  Belum lagi suara bising yang ditimbulkan saat proses pengeborannya.  Pokoknya sebagai tetangga saya merasa merana, eh heheh curhat.

Dulu, bila musim kemarau seperti sekarang ini tidak ada istilah membeli air yang ada adalah meminta air ke tetangga.  Nah sumur yang di mintain air itu biasanya tidak habis-habis airnya karena telah di hujani oleh doa dari yang minta. 

Namun zaman telah berubah, dimana segala sesuatu harus dibeli termasuk air.  Ya, sudah jamak kiranya bahwa sumur semi artesis milik perorangan dibikin bisnis, ah sungguh manis.

RW saya sendiri sudah membuat sumur sibel dengan dana swadaya masyarakat plus bantuan dari Desa.  Masyarakat yang membutuhkannya tinggal memasang instalasi pipa sendiri-sendiri dengan tarif yang telah di tentukan oleh pihak RW. 

Namun karena jaraknya terlalu jauh dari rumah saya maka saya lebih memilih memasang pipa dari pak tetangga saja.  Dengan biaya yang terjangkau, dan jumlah air yang tidak dibatasi kiranya dapat memecahkan masalah dalam hal penyediaan air bersih.

Pemasangan pipa ini setidaknya tidak menambah beban hidup dengan harus mendorong-dorong gerobak air untuk membeli air atau mengeluarkan puluhan juta rupiah untuk membuat sumur bor sibel dimana proses mencari-cari sumber airnya terkadang lebih lama dari mencari cinta sejati, eh.

Satu hal, walaupun persediaan air di rumah berlimpah namun hendaknya kita harus tetap berhemat karena seiring dengan bertambahnya populasi (BKKBN kemana suaranyaaaa?) maka kebutuhan air bersih pun akan semakin meningkat.  

Penurunan permukaan air tanah adalah sebuah ancaman yang nyata di depan mata.  Oleh karena itu selain berhemat air, menjaga lingkungan adalah satu hal yang dapat dilakukan oleh kita-kita para penghuni bumi nan bulat ini.

Kemarau tahun ini bagi sebagian orang memang lah sangat menyesak kan dada, setelah kemarin banjir tumpah ruah di mana mana. Sekarang ya cuma bisa pasrah dan berdoa. Mau di jadikan apa isi dunia? Ya terserah pada Yang Maha Kuasa.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun