Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Blur Rilis "Live at BBC" sebagai Perayaan 25 Tahun Album "Parklife"

2 Agustus 2019   15:02 Diperbarui: 3 Agustus 2019   12:17 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

All the people
So many people
And they all go hand-in-hand
Hand-in-hand through their parklife

Bagi pecinta band Britpop heuseusnya Blur, pasti tahu dong dengan penggalan lirik lagu di atas. Iyak, lagu yang berjudul "Parklife" itu kini usianya telah menginjak 25 tahun, sama dengan usia ideal bagi seorang lelaki untuk naik ke pelaminan, begitu menurut jubir BKKBN, eh.

Seperti Jalangkung, Blur datang tak di undang dan pulang tak diantar, yaeyalah buat apa ada tukang ojek berkeliaran. Lagu-lagunya mulai bergentayangan di kedua telinga dan otak saya yang pas-pasan. Gontok-gontokan dengan teman nongkrong mempermasalahkan mana yang lebih keren antara Nirvana dan Pearl Jam langsung saya tinggalkan. Tak peduli dengan kenyinyiran Song 2 yang menyerang habis aliran grunge, yang saya peduli hanya senyum manis Babang Graham Coxon dan suara sendu Mamas Damon Albarn.

Tak terasa seperempat abad sudah album bertajuk "Parklife" berada dalam khazanah permusikan mancanegara. Banyak kisah yang tertoreh di album yang akhirnya ikut mendongkrak dua album sebelumnya, "Leisure" dan "Modern Life is Rubbish".

Ya album pertama dan kedua dari band yang beranggotakan Damon Albarn, Graham Coxon, Alex James, dan Dave Rowntree itu bukannya memperbaiki keadaan finansial mereka eh malah mendatangkan utang yang cukup lumayan karena jeblok di pasaran. Kurangnya dukungan media dan warna musik yang mereka bawakan menjadi salah dua alasan.

Hal ini membuat empat sekawan itu mau tidak mau harus tereret jungkir balik bagai Sarimin demi menutupi lubang hitam yang bertajuk utang. Kepercayaan diri mereka pun sempat ada dalam titik yang membuat tepar.

Bolak-balik ke studio bagai setrikaan harus mereka lakukan dengan senang hati. Tur-tur yang melelahkan harus mereka lewati demi sesuap nasi, eh roti isi ikan haddock dan keju Gruyere yang yummy. Dan tentu saja banyak ide yang harus mereka gali di sana-sini. Berat memang tapi sepertinya tak seberat menurunkan berat badan ini, haih.

Namun hidup terus berlanjut, lambat laun semua terasa menjadi mudah ketika mereka menyadari di luar sana ada Pulp, kompatriot yang pede dengan warna musik eksentrik nan mirip. Semangat mereka pun mulai membara dengan balutan ke-pede-an tingkat dewa.

Dengan bantuan seorang agen Artists and Repertoire (A&R), Mike Smith, mereka pun bangkit. Konser mereka yang dihelat pada bulan Agustus 1993 di Reading pun dipadati penonton. Ah, remaja di sana telat sadar bila Blur itu cetar. Media pun mulai bersemangat memberitakan semua hal tentang band tersebut. Nah, dari sinilah mulai bermunculan band-band senada seperti Elastica, Menswear, Oasis, dan Supergrass.

Di balik album musik yang bagus dari negerinya King Arthur beserta pedang Excalibur, ada campur tangan produser andalan Stephen Street. Ya, produser kondang yang telah membawa The Smiths dan The Cranberries naik ke permukaan itu menggarap album "Parklife" dengan baik sehingga dapat menjadi album yang fenomenal penanda berkibarnya aliran britpop di dataran Inggris sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun