FYI, Taka memang pernah menjadi anggota boyband Jepang bernama NEWS walau tak lama. Disamping itu cabikan gitar Toru tidak lagi galak dan gebukan drum Tomo tidak seagresif nomor-nomor lawas mereka.
Hal ini ternyata di akui sang frontman, bahwa di album yang tak lagi di produseri oleh Mister Feldmann ini, mereka ingin mengekspresikan beragam jenis musik tak hanya rock saja dengan menggantikan pengaruh The Used, Foo Fighters, Good Charlotte dan Linkin Park dengan gaya musik ala Disney, walah.
Tak heran rupanya bila beberapa fans garis keras merasa terkejut ketika mendengarkan single pertama yang rilis untuk album Eye of The Strom yang berjudul 'Change'. Betapa tidak, nomor ini sama sekali tidak mencirikan warna musik mereka selama ini. Bagi saya, entah mengapa, nomor yang dipakai di iklan Honda Jet ini kok malah mengingatkan kepada King Julien di Madagascar ya, heuheu.
Album yang rilis bulan Februari silam ini bila ditilik-tilik dapat dikatakan bernuansa sama dengan album terakhir Linkin Park "One More Light" dimana kemanisan sound-nya melebihi dosis bagi band bergenre rock walaupun masih tersisip beberapa nomor yang nyerempet ke gaya rock masa lalu mereka seperti "The Last Time" dan "Grow Old and Die Young". Ya, bisa jadi dikarenakan Mike Shinoda sedikit terlibat di album yang berisi 13 tracks ini.
Seperti halnya Linkin Park, di album ini terdapat satu nomor kolaborasi bersama Kiiara berjudul "In The Stars" yang pernah menyumbangkan suaranya untuk mendiang Chester Benington dan kawan-kawan di nomor "Heavy". Vokalis wanita berusia 23 tahun ini menambah citarasa manis album ini, dengan suara R&B-nya yang khas.
Seperti kebanyakan lagu-lagu mereka yang ear catchy, nomor "Stand Out Fit In" berhasil menggaet telinga saya saat kali pertama bersua. Suara kece badai milik sang vokalis yang memiliki nafas luar biasa panjang itu berhasil melibas aroma pop yang terpapar di lagu yang diselipi lirik berbahasa Jepang di video musiknya itu.
Video musiknya sendiri dibuat oleh Peter Huang berkisah tentang kehidupan remaja Asia di Amerika yang penuh dengan tekanan dan rundungan dalam pergaulannya. Nomor ini adalah salah satu nomor yang paling saya sukai apalagi ketika dibawakan dengan balutan musik orkestra nan membahana, mantul.Â
Tembang lain yang saya sukai adalah "The Last Time" yang rada nge-rock dan "Head High" yang ringan dengan aksen meliuk di bagian Chorus-nya.Â
Head High ini menurut saya beraroma boyband yang kental, baik musik maupun cara Taka bernyanyi. Sama halnya dengan Head High, nomor 'Letting Go' yang mencoba tangguh dalam kesenduan  pun demikian.
"Unforgettable" adalah nomor yang asik untuk bergoyang, bukan goyang dua jari ya, itu mah kerjaan Bowo Alpenliebe. Beat-beat ringannya menghibur sekali. Nomor selow-selow menggemaskan lainnya adalah "Giants". Sentuhan bebunyian piano mengiringi suara Taka yang manis bagai warna vokal Scott The Moffats saat remaja. Eih, padahal Taka sendiri sudah tidak remaja lagi mengingat usianya sudah menginjak angka 30.
Akan halnya "Worst in Me", tembang pelan ini cukup enak di dengar dengan gebukan drum Tomo yang bersemangat. Sedangkan 'Push Back' di dominasi dengan tabuhan drum dan bagian-bagian lirik yang pengisian vokalnya dibuat ala-ala Queen.