Namun banyak orang yang lagaknya tidak rela bila hajatan yang ia gelar mendatangkan kerugian, kalau bisa sih dana yang telah dikeluarkan kembali lagi, syukur-syukur jadi beranak-pinak. Â Adanya kebiasaan mengamplopi uang saat hajatan karena perasaan malu dan tak enak membuat itung-itungan untung rugi pun berkembangbiak dengan suburnya.
Menurut seorang tetangga, hajatan dalam rangka pernikahan biasanya merugi, lain halnya dengan khitanan. Di hajat khitanan, balik modal adalah hal wajar terkadang pendapatannya malah melebihi dana yang dikeluarkan. Hal ini bisa terjadi karena di acara khitanan tidak banyak orang yang terlibat berbeda dengan acara pernikahan. Selain itu hidangan di acara khitanan biasanya tidak seheboh acara pernikahan sedangkan isi amplop jumlahnya tak beda-beda amat.
Seorang ibu pernah berkisah bahwa ia mengalami stres ketika mengetahui bahwa hajatan yang ia selenggarakan tidak balik modal padahal uang yang dipakai hajat itu dapat pinjam dari seorang rentenir. Niatnya berbagi kebahagiaan dengan mengundang banyak orang eh berakhir dengan membayar rente yang berlipat-lipat. Sayang sekali bukan.
Mensyukuri sebuah momen yang berarti dalam hidup dengan menyelenggarakan pesta atau perayaan itu sah-sah saja namun lebih baik semuanya dipikirkan dengan matang dan terencana baik dalam segi dana maupun hal-hal yang menyertainya tanpa itung-itungan untung rugi, karena hajatan itu bukan pasar kaget yang kental dengan unsur jual belinya. Â Satu hal, jangan sampai setelah suka ria selesai, kita malah dihantui dengan banyak masalah, terutama masalah utang-piutang.
Sekian.
Catatan :
*Kalau ibu ini namanya siapa?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H