"Dan aku sadar bahwa banyak remaja yang memiliki persolan seperti kita dulu. Ya, setidaknya tempat ini aroma pinusnya tidak terlalu menusuk." Seth tertawa, begitu pun aku.
Sementara itu Pak Ari, penjaga perpustakaan tempat kami bersekolah sepuluh tahun yang lalu itu memasang ekspresi tak percaya ketika mendengarkan penjelasan Seth dan melihat dua bilik toilet jadi-jadian berdiri tepat di ujung ruang kerjanya.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!