Sebagai penikmat musik tahun 90-an, telinga saya sempat limbung ketika menyadari bahwa musik tahun 2000-an sebagian besar terdengar asing di telinga ahaha lebay. Namun ternyata setelah di eksplor lebih lanjut, apa yang saya pikirkan salah, karena di tahun itu ada beberapa band yang cukup menarik untuk di simak, sebut saja, Linkin Park, 30 Seconds to Mars dan tentu saja band pemilik nama aneh Hoobastank. Tapi maafkan saya, bila ditelusuri lebih lanjut 3 band itu memang sudah ada sejak tahun 90-an haha, jadi ya sudahlah.
Hoobastank adalah salah satu band yang cukup mewakili kerinduan akan musik rock alternatif dan post grunge di tahun 2000-an. Pertama kali saya melihat band yang kabarnya sangat rendah hati itu adalah saat mereka tampil di salah satu televisi swasta negeri ini yang meliput aksi mereka ketika konser di Jakarta beberapa tahun silam. Melihat penampilan mereka yang santai dengan sang vokalis yang begitu enerjik membuat saya langsung menyukai band yang berasal dari daerah yang sama dengan Linkin Park itu.
Sebenarnya band yang awalnya digawangi oleh Douglas Robb (vokal), Dan Estrin (gitar), Markku Lappalainen (bass) dan Chris Hesse (drum) itu telah memiliki beberapa album baik album demo pun album dibawah indie label sebelum mereka begitu populer di seluruh dunia. Mereka mulai dikenal publik secara luas sejak merilis album debutan mereka dalam naungan label besar Island Records yang bertajuk "Hoobastank".
Di album yang rilis tahun 2001 ini terdapat 3 lagu jawara yang membuat Hoobastank di ganjar sertifikat platinum oleh Recording Industry Association of America (RIAA) yaitu "Running Away", "Crawling in The Dark" serta "Remember Me". Nama mereka makin melejit ketika merilis album "The Reason" pada tahun 2003 silam. Salah satu hits yang dilahirkan dari album yang di produseri oleh Howard Benson ini adalah lagu balad yang memiliki judul sama dengan albumnya yaitu "The Reason".
Band yang mengawali karir mereka dengan album demo bertajuk "Muffins"itu secepat kilat menjadi buah bibir dimana-mana. Nomor-nomor seperti Out of Control, The Reason, Same Direction, What Happened To Us, Escape, Just One, Lucky, From The Heart, Let It Out, Unaffected, Never Theredan Dissapear mulai diputar dari satu radio ke radio lainnya.
"The Reason" adalah nomor yang paling menonjol di album ini, disamping mendapatkan nominasi di ajang Grammy Award, nomor yang muncul di episode terakhir serial "Friends" itu dapat menduduki peringkat 2 di tangga lagu Billboard Amerika dan bertahan selama 21 minggu menjadi nomor satu di tangga lagu Canada
Selain menghiasi serial televisi, beberapa lagu milik Hoobastank ada yang dijadikan soundtrack  film layar lebar seperti "Right Before Your Eyes" untuk film Daredevil, "Losing My Grip" muncul di The Scorpion King dan "I Don't Think I Love You" dalam Transformers :  the Revenge of the Fallen.  Di samping film, tak kurang dari 15 video game dari Aggressive Inline sampai Pro Evolution Soccer 2010 menggunakan nomor-nomor mereka sebagai lagu temanya seperti Crawling in The Dark, Out of Control, Same Direction, Just One dan yang teranyar adalah Fist Bump untuk lagu tema game Sonic Forces.
Nah, setelah merilis tiga album setelah album The Reason yaitu "Every Man For Himself", "For(N)ever"serta "Fight or Flight", tahun ini band yang merekrut bassist baru Jesse Charland  untuk menggantikan Markku Lappalainen itu akan merilis album teranyar mereka bertajuk "Push Pull". Album yang berisi 11 tracks dengan muatan yang digadang-gadang jauh berbeda dengan album sebelumnya ini akan rilis tanggal 25 Mei mendatang.Â
Diantara ketenarannya, ternyata banyak pula penikmat musik yang tak menyukai mereka. Â Alasan yang mereka kemukakan beraneka ragam seperti musiknya yang terdengar umum, tidak orisinal, hambar, lirik yang biasa, penampilan bagai boyband sampai tuduhan kepada sang vokalis, Doug Robb yang dicap meniru gaya frontman Incubus, Brandon Boyd.
Terlepas dari apa yang dituduhkan para hatersnya, bagi saya band yang berdiri tahun 1994 ini tetap menjadi salah satu band yang lagu-lagunya dapat menghibur hati yang hampa, aih.