Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja Terakhir (Bagian 10)

2 April 2018   17:33 Diperbarui: 25 Agustus 2020   21:45 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : blogs.anthena3

Nara tersenyum. "Melindungi gitar kamu? Aku?"

"Hanya kakak yang  bisa melindungi diri sendiri dengan mengatasi semua rasa takut, benci dan marah yang ada pada diri kakak, bukan aku. Tapi aku berjanji aku akan selalu ada di pihak kakak, aku akan bela kakak walaupun harus naik ke hotel Yamato diantara desingan peluru AK 47-nya kompeni."

"Bukannya AK 47 itu dibuat tahun 1947?" tanya Nara serius.

"Iya gitu, berarti senjata yang lain lah, tapi aku gak tahu jenis nya apa, belum lahir juga soalnya."

Nara tertawa, dan menatap gadis yang selalu membuat perasaannya hangat itu.

Lalu pandangan Nara beralih pada gitar yang catnya terlihat masih mengkilap itu,  senar-senar bajanya terlihat berkilauan laksana cahaya bintang yang ia tatap beberapa malam lalu bersama Rein.

Rein benar, hanya dirinya lah yang bisa mengatasi semua rasa takutnya. Nara menatap wajah gadis yang kini tengah tersenyum padanya, senyum yang selalu membuatnya merasa tentram.  Nara sadar, kini ia memiliki seorang teman berbagi.  Ia mulai memainkan jemarinya, lalu terdengarlah intro yang sangat Rein kenal, Cuscutlan milik Frente!.  Dan tanpa di minta Rein pun langsung mengeluarkan suaranya.  Mereka pun larut bersama Fente!.

"Aktivis grunge bawain Frente!?" tanya Rein tertawa setelah mereka usai berdendang bersama.

"Memangnya gak boleh? aku suka Frente! mereka unik."

"Kok bisa samaan ya, aku juga suka banget sama Frente!" Rein tersenyum gembira.  "Permainan gitar kakak bagus, untuk seseorang yang telah lama tidak memainkan alat musik itu. Sayang sekali bila kakak harus mengubur itu semua tanpa orang lain tahu. Setidaknya sekarang ada satu orang yang telah kakak hibur hatinya."

"Kadang pengalaman pahit itu dapat membinasakan apa saja. Kamu tahu kan bagaimana perasaanku saat itu? Hancur berkeping-keping, tapi aku lebih suka memendam itu semua dalam hatiku. Aku ingin hanya aku yang tahu kesedihanku ini. Aku gak mau membuat orang lain terbebani dengan masalahku." Nara menumpukan dagunya di atas gitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun