Event "Rock and Roll Hall of Fame" yang ke-33 akan kembali di gelar tahun ini pada tanggal 14 April nanti. Ada beberapa nama yang kabarnya akan dilantik diantaranya adalah  Dire Straits, The Moody Blues, The Cars, Nina Simone dan Bon Jovi.
Ah, Bon Jovi, bila mendengar nama itu ingatan saya akan langsung melayang ke masa-masa di mana model rambut shaggy pendek tengah digandrungi. Model rambut yang pernah nangkring di kepala Jon Bon Jovi itu adalah model rambut idaman saya kala itu. Namun apa daya, setiap masuk salon langganan untuk potong rambut, keluar-keluar bukan model rambut idaman yang di dapat malah model rambut penuh kecaman saking gak jelasnya haha.
Bicara tentang model rambut Jon, tak akan lepas dari kisah band yang didirikannya. Ya, Bon Jovi, siapa yang tak kenal dengan nomor-nomor dahsyat mereka seperti "Livin' on a Prayer", "Bad Medecine"," You Give Love a Bad Name", "I'll be There for You" serta "Wanted Dead or Alive" itu?
Band hard rock yang digawangi oleh Jon Bon Jovi, Tico Torres, David Bryan, Alec John Such dan Richie Sambora itu telah malang melintang di dunia musik rock selama 3 dekade terakhir dengan menyumbangkan karya-karya musik yang dapat kita nikmati hingga kini.
Bon Jovi menjadi salah satu band yang survive melewati tahun 90-an dimana banyak lahir genre dan band-band baru yang karyanya lebih menggigit. Bon Jovi tahu bagaimana menaklukan rimba musik rock 90-an dengan bertransformasi baik dari segi musik maupun gaya. Mereka yang dulu dikenal sebagai bagian dari band hairy metal dengan ciri khas rambut menggembang kebanyakan baking powder serta celana ketat sampai harus memakai kantung keresek untuk memasukan kakinya (lebay) itu dengan penuh kesadaran diri merubah gaya mereka menjadi lebih simple dan fresh. Begitu pun dengan musik yang mereka bawakan terdengar lebih mature dan ear-catchy bagi banyak kalangan.
Semua perubahan yang dilakukan oleh band asal New Jersey ini dapat kita temukan di album mereka yang rilis tahun 1992 silam bertajuk "Keep The Faith"
Nomor kedua dari album ke lima Bon Jovi ini adalah "Keep The Faith".  Terlepas dari liriknya, lagu ini terdengar  gembira, hal itu tergambar dari hentakan drum Torres.  Tak pernah bosan mendengarkan bagian chorusnya dengan suara Jon yang semakin matang
Setelah kehingar-bingaran ala irama pesta di nomor-nomor sebelumnya, tibalah sebuah nomor balad yang cukup fenomenal yaitu "Bed of Roses". Â Lagu ini cocok untuk yang tengah patah hati, padahal lagunya sendiri ditulis ketika Jon tengah mabuk dan liriknya merepresentasikan hal tersebut. Â Suara lembut piano dari jemari Bryan saling mengisi dengan riff-riff gitar Sambora yang menyayat kalbu. Â Nomor ini adalah salah satu nomor yang membawa band yang tahun 2016 lalu merilis album bertajuk "This House is Not For Sale" itu kembali meraih popularitas setelah merilis album "New Jersey" beberapa tahun sebelumnya.
"If I Was Your Mother" dan "Fear" adalah dua nomor yang berirama heavy di album yang berada di peringkat 21, 100 Albums You Must Hear Before You Die versi majalah Kerrang! ini.  Bagi saya, "Fear" mengingatkan  kepada Metalica "Enter Sandman" dan Guns 'n Roses "Civil War". Â
Lalu tibalah saatnya mendengarkan "Dry County".  Nomor yang berdurasi kurang lebih  9 menit ini menurut saya adalah nomor terbaik di album yang rilis di bawah naungan perusahaan rekaman besar Mercury  ini. "Dry County" berkisah tentang sebuah kota kecil penghasil minyak bumi yang penduduknya mengandalkan industri tersebut  untuk bertahan hidup sementara hasil produksinya kian hari kian menurun.  Saya sangat menyukai solo gitar yang cukup panjang di lagu berlirik unik ini. Â
Setelah mendengarkan "Dry County", telinga ini seperti  terdegradasi ketika mendengarkan tiga lagu berikutnya yaitu " Woman in Love", "I Want You", dan " Little Bit of Soul". Tiga lagu ini sangat biasa, tidak ada yang istimewa.  Namun apapun itu, tanpa tiga lagu ini, album ini tak akan pernah ada, karena bagaimana pun unsur pelengkap itu mutlak ada untuk menujukan kekuatan unsur utama.