Waktu berjalan dengan cepat, kesibukan mulai melanda Rein dan teman seangkatannya. Â Musim penyusunan Tugas Akhir dan Kerja Praktek yang hingar bingar tengah berlangsung mengalahkan ketenaran musim pancaroba yang terkadang membuat ketahanan fisik melemah.
Siang itu Rein bertemu dengan Shia di jalan menuju kantin  setelah ia bertemu dengan dosen pembimbingnya. Shia tiba-tiba mencengkram pergelangan tangannya yang membuat ia terpaksa berhenti dan mendengarkan apa yang pemuda itu katakan.
"Kamu tega membuat Nara selalu ada di samping kamu, menjaga kamu sementara dia punya kehidupan lain di luar sana?" Perkataan Shia terdengar tajam di telinga Rein.
"Kamu gak merasa berdosa membiarkan Nara menjadi seperti Jed?" lanjutnya.
"Apa maksud kamu?" tanya Rein, dahinya berkerut.
"Nara dan Jed itu berbeda, kamu gak  bisa bikin Nara menjadi Jed. Mereka memang bersaudara, wajah mereka, gerak gerik mereka hampir sama, usia mereka hanya terpaut satu tahun. Nara ada di sekeliling kamu itu karena terpaksa. Nara gak mau kamu menjadi gila karena Jed pergi. Nara adalah kakak yang bertanggung jawab tapi gak seharusnya kamu membiarkan dia tersiksa seperti itu."
"Aku gak menginginkan semua itu." kata Rein pelan.
"Kalau kamu gak menginginkan semua itu, biarkan dia pergi atau tinggalkan dia."
Rein terdiam.
"Rein tanganku masih terbuka buat kamu, kalau kamu balik lagi sama aku, aku janji aku gak akan kayak dulu lagi. Aku akan benar benar menjaga kamu."
Rein menatap Shia dengan galak.