"Iya."
"Malam-malam begini?"
"Sudah janjian dengan Rega, berharap besok siang bisa cepat kering biar Rega bisa mengambil alih tempatnya."
"Oh, sudah selesai kan? Terus ngapain masih di sini? Nanti masuk angin loh."
"Kakak sendiri ngapain disini, nanti masuk angin juga loh."
"Mau berbalas pantun?" tanya Nara.
Rein tersenyum. Matanya kembali mengangkasa. Mereka pun terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Rein, maaf ya aku gak datang ke pemakaman ibu kamu. Mami nyuruh aku pulang, ada keperluan mendadak."
"Gak apa-apa kak, makasih sudah telpon. Semuanya memang serba cepat, kita memang gak pernah tahu kapan kita akan kembali. Ibu telah  lama sakit, Tuhan tahu mana yang terbaik untuk hambanya, iya kan kak?"
Nara mengangguk lemah, ia memainkan kancing lengan jaket jeans-nya dengan gelisah.
"Beberapa hari kebelakang, aku merasa hidup ini sangat tidak adil." Rein merapatkan cardigan hitamnya.