Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"The Perks of Being a Wallflower", Beratnya Menjadi Remaja

19 Desember 2017   15:06 Diperbarui: 19 Desember 2017   22:16 5363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ; Rollingstone

Bagi sebagian orang, masa remaja adalah masa-masa yang paling indah. Masa di mana mereka memiliki banyak teman yang selalu mendukung apa yang mereka lakukan. Masa di mana mereka dapat mengekspresikan diri dalam berbagai hal. Masa di mana mereka mulai saling tertarik dan jatuh cinta satu sama lain. Namun, tidak dengan Charlie. Baginya masa remaja adalah masa yang berat dan ingin segera ia tinggalkan. Seperti Krisdayanti, ia menghitung hari. Ya, ada 1385 hari yang harus ia lalui untuk terbebas dari masa remajanya yang ia rasa sangat menyiksa.

Betapa tidak, Charlie adalah seorang pemuda introvert yang selalu canggung plus kikuk dalam berbagai suasana. Sejarah masa lalunya yang pedih menambah daftar ketertutupan dirinya. Dan apesnya, di sekolah ia kerap di-bully oleh teman-temannya. Charlie selalu menumpahkan isi hatinya dalam sebuah surat yang ia tulis untuk teman anonimnya. Sampai akhirnya ia menemukan sebuah kelompok pertemanan yang sedikitnya dapat membantunya keluar dari berbagai masalah yang selama ini mengungkungnya. Teman-teman seniornya yang terdiri dari Patrick, Sam, Mary Elizabeth, Alice, dan Bob lah yang membuat Charlie merasa dianggap. Selain teman-temannya itu, salah seorang gurunya yaitu Mr. Anderson memiliki peran penting dalam hidupnya.

Pemuda bernama Charlie ini adalah karakter dalam novel yang direnkarnisasi menjadi film dengan judul yang sama yaitu The Perks of Being a Wallflower. Charlie diperankan dengan baik oleh Logan Lerman yang pernah berperan sebagai Percy Jackson, dalam Sea of Monsters dan The Lightning Thief serta menjadi D'Artagnan yang bersemangat di film Three Musketeers.

Judul dari film yang terdapat kata Wallflower membuat ingatan saya langsung tertuju pada nama band besutan putra Bob Dylan, Jakob Dylan yang pernah membawakan ulang lagu lama milik David Bowie untuk soundtrack film Godzilla yang berjudul "Heroes". Dan apa yang saya pikirkan tentang itu ternyata ada benarnya juga. Bukan band-nya yang nangkring manis namun lagunya yang bertajuk "Heroes"-lah yang menghiasi salah satu scene penting dalam film ini. Berhubung latar waktu film yang disutradarai oleh Stephen Chobsky yang sekaligus penulis novelnya ini adalah antara tahun 80-90an, maka versi yang digunakan adalah milik mendiang David Bowie.

Selain Lerman, film ini pun dihiasi wajah-wajah familiar di antaranya Ezra Miller yang baru-baru ini muncul sebagai The Flash dalam film superhero Justice League, Emma Watson, pemeran Hermione Granger dalam film Harry Potter, Dylan Mc Dermott, Paul Rudd, Joan Cussack dan Mae Whitman.

Film remaja yang rilis tahun 2012 ini adalah film yang banyak memberi gambaran kehidupan remaja dengan berbagai tetek bengeknya. Judulnya yang agak panjang itu sangat beraroma remaja.

Ya, kata Wallflower sangat erat dengan kehidupan remaja. Wallflower adalah sebutan untuk seorang pemalu yang tak populer karena kurang bersosialisasi, padahal biasanya memiliki otak yang encer serta berbakat namun tak bisa mengekspresikannya secara terbuka.

Kata wallflower sendiri berasal dari keadaan di mana si penyendiri itu selalu mlipir dekat tembok ketika menghadiri sebuah acara terutama pesta dansa.

Charlie adalah seorang wallflower. Ia tak ingin berpartisipasi dalam segala hal, termasuk di dalam kelas. Walaupun ia mengetahui jawaban yang dilemparkan Mr. Anderson, ia tak ingin mengangkat tangan untuk menjawab, ia lebih memilih menuliskan jawabannya di bukunya. Hmm, beda sekali ya dengan Emma Watson saat berperan sebagai Hermione Granger hehe. Hal ini diketahui oleh sang guru yang diperankan oleh si charming tiada tara, Paul Rudd. Menghadapi keadaan ini Paul eh Mr. Anderson pun akhirnya memiliki caranya tersendiri untuk mendukung Charlie yang ternyata memiliki bakat terpendam dalam hal tulis menulis.

Ke-wallflower-an Charlie pun sedikit demi sedikit terurai berkat bantuan teman-temannya salah duanya adalah Patrick dan Sam. Berada satu kelas dengan Patrick, senior yang selalu ceria dan tak mempedulikan sekat senior junior membuat Charlie memberanikan diri untuk berkenalan dengannya sekaligus dengan adik tirinya, Sam ketika menonton pertandingan football.

Charlie merasa senang mendapatkan teman baru, ia ingin memberi impresi baik dengan mentraktir mereka berdua sepulang menonton pertandingan. Biasanya jurus traktir mentraktir ini membuat teman-teman lengket bagai perangko, dan itu sangat disadari oleh Charlie yang susah mendapatkan teman. Namun Patrick dan Sam tidak seperti itu, mereka tulus menerima Charlie sebagai teman.

Nah, dari sinilah berbagai persoalan kehidupan remaja mengemuka salah satunya adalah jalinan kisah cinta yang ribet. Semestinya nih Bizzare Love Triangle-nya New Order bisa nangkring di film ini di samping lagu mereka yang berjudul "Temptations", karena Charlie terlibat kisah cinta segitiga dengan Sam dan Mary Elizabeth. Charlie yang gak enakan menerima cinta Mary yang keGR-an walaupun dalam lubuk hati yang terdalam Charlie mencintai Sam. Ribetnya lagi, Sam juga jatuh hati pada Charlie namun ia masih berpacaran dengan seorang mahasiswa bernama Craig. Laaah jadi cinta segiempat.

Ilustrasi : itunes
Ilustrasi : itunes
Lain halnya dengan Patrick, ia memiliki kisah cinta terlarang dengan sang kapten football Brad Hays. Ya, mereka adalah pasangan gay yang pura-pura saling tak kenal ketika berada di sekolah. Tak ada rumusnya seseorang yang populer seperti Brad berkencan dengan seseorang yang tak populer apalagi sesama jenis, bisa rusak dunia persilatan. Sampai suatu saat hubungan mereka diketahui oleh Ayah Brad, yang membuat sang quaterback itu babak belur dihajar habis-habisan.

Selain kisah cinta, film ini menyoroti sisi kejiwaan dari Charlie dan Sam. Charlie dan Sam memiliki kesamaan pengalaman masa kecil yang buruk yaitu sama-sama pernah dilecehkan secara seksual oleh orang-orang dekat mereka. Di masa kecilnya, Charlie pernah dilecehkan oleh Helen, tantenya yang memiliki masalah dengan suaminya. Hal ini semacam dilema untuk Charlie, di lain sisi ia sangat menyanyangi tantenya, namun di sisi lain tantenya telah melakukan hal yang cukup membuatnya trauma. Tak hanya itu, bebannya bertambah ketika pada suatu hari ia harus menerima kenyataan bahwa tantenya itu meninggal dalam kecelakaan mobil sesaat setelah membeli kado ulang tahun untuknya. Charlie pun selalu menyalahkan dirinya akan kepergian tantenya.

Sedangkan Sam pernah dilecehkan secara seksual oleh bos ayahnya. Itulah yang membuat Sam selalu merendahkan diri bila berurusan dengan cinta.

Tak hanya itu, kondisi kejiwaan Charlie pun semakin terganggu ketika teman dekatnya saat duduk di sekolah menengah pertama yaitu Michael, mengakhiri hidupnya dengan menembak dirinya sendiri.

Berat sekali kan kehidupan Charlie? Namun di antara masalah kejiwaan yang menerjangnya, untungnya Charlie memiliki ayah, ibu dan dua kakak yang menyayanginya.

Dan beruntung pula, Charlie menemukan teman-teman seperti Patrick dan Sam yang selalu menerimanya dengan hangat. Oleh karena itu tak segan kiranya bagi Charlie membantu Sam untuk belajar demi menaikan nilai SAT-nya dan mendaratkan bogem mentahnya ke wajah tampan teman-teman Brad ketika mereka mengerjai Patrick habis-habisan.

Sam dan Charlie. Ilustrasi : collider
Sam dan Charlie. Ilustrasi : collider
Ada banyak sosok seperti Charlie di luar sana yang melalui masa-masa remajanya dengan berat, dijauhi teman sampai di-bully habis-habisan. Dan film yang dipenuhi lagu lama yang menarik seperti Come On Eileen milik Dexy's Midnight Runners, Asleep-nya The Smith sampai Teenage Riot milik Sonic Youth ini memberikan gambaran yang sangat baik akan kehidupan remaja yang seperti itu.

Banyak pelajaran yang dapat diambil dari film ini seperti halnya kesetia kawanan, ketulusan, keberaniaan, sampai kerendah hatian, semuanya tumplek blek dalam balutan kisah yang rapi. Beruntung, saya belum pernah membaca novelnya sehingga dapat menerima jalinan kisah yang terpapar dalam filmnya secara bulat-bulat sambil mengagumi akting Logan dan Ezra. Emma? Ah, rasanya tak bisa lepas dari Hermione.

Novel yang ditulis oleh Stephen Chobsky. Ilustrasi : goodreads
Novel yang ditulis oleh Stephen Chobsky. Ilustrasi : goodreads
Nah, bagi para remaja yang merasa melalui hari-harinya dengan berat, ada baiknya menonton film yang satu ini. Dan berbesar hati lah, karena apa yang dikatakan Charlie di bawah ini ada benarnya.

"So, I guess we are who we are for a lot of reasons. And maybe we'll never know most of them. But even if we don't have the power to choose where we come from, we can still choose where we go from there. We can still do things. And we can try to feel okay about them."

Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun